Ahad 31 May 2015 15:44 WIB

Sektor Ritel dan Perhotelan Bali Mengkhawatirkan

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Winda Destiana Putri
Pariwisata Bali (ilustrasi)
Foto: antara
Pariwisata Bali (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pertumbuhan ekonomi Bali triwulan I 2015 mencapai 6,2 persen, di atas rata-rata nasional 4,71 persen. Meski demikian, angka ini sebetulnya lebih rendah dibandingkan 6,5 persen pada triwulan I 2014.

Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi di berbagai sektor, seperti tekstil, alas kaki, pertambangan, jasa migas, perusahaan semen, dan otomotif akibat perlambatan ekonomi nasional ini juga ikut dikhawatirkan di Bali.

Ketua Asosasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bali, Panudiana Kuhn mengatakan sektor ritel dan perhotelan meski belum menunjukkan efek negatif tetap menjadi perhatian. Pasalnya, perusahaan ritel di Bali telah mengalami over suplai. Berbagai faktor yang menyebabkan penurunan daya beli masyarakat tentunya berimbas ke kedua sektor ini.

"Bali memiliki ribuan minimarket yang jumlahnya sudah over suplai, seperti Circle-K yang mempunyai 600 minimarket. Ini mengkhawatirkan," kata Panudiana dihubungi Republika, Ahad (31/5).