REPUBLIKA.CO.ID, KATHMANDU -- Ribun sekolah yang porak-poranda akibat gempa Nepal pada April lalu, telah aktif lagi mengadakan kegiatan belajar mengajar. Namun, masih banyak sekolah yang dibangun kembali yang hanya dengan bahan seperti bambu dan terpal.
Pengaktifan kegiatan belajar mengajar itu juga diharapkan bisa memulihkan trauma anak-anak Nepal pasca gempa. Pejabat Kementerian Pendidikan Nepal, Lavadeo Awasthi mengatakan, struktur kelas yang hanya berbahan bambu dan terpal itu hanya sementara.
Tapi dia menegaskan keutuhan bangunan harus bisa dikembalikan dalam dua tahun ke depan. PBB, melalui UNICEF, juga telah menyalurkan bantuan buku teka-teki dan buku gambar ke sekolah-sekolah yang ada di Nepal.
"Anak-anak sangat senang di sini ketika melibatkan diri dengan berbagai jenis permainan," kata perwakilan Unicef untuk Nepal, Shiva Bhusal, seperti dilaporkan BBC News, Ahad (31/5).
Lebih dari 25 ribu ruang kelas dan delapan ribu sekolah hancur pasca gempa berkekuatan 7,8 skala ritcher melanda Nepal. Dalam kejadian tersebut, delapan ribu orang juga dilaporkan tewas.
Di daerah yang terkena dampak terburuk yaitu Gorkha, Sindhupalcok, dan Nuwakot, lebih dari 90 persen sekolah hancur. Pemerintah Nepal juga berencana untuk membuka 15 ribu pusat belajar sementara di sana.