REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Kota Palu, Sulawesi Tengah, mengalami inflasi tertinggi di Indonesia pada Mei 2015 dengan angka 2,24 persen karena dipicu melonjaknya indeks harga bahan makanan.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Tengah JB Priyono di Palu, Senin (1/6), mengatakan pemicu inflasi utama dari kelompok bahan makanan itu berupa melonjaknya harga berbagai ikan segar karena dipengaruhi cuaca yang tidak bersahabat dengan nelayan.
Dari 82 kota pantauan secara nasional, 81 kota mengalami inflasi dan hanya satu kota yang mengalami deflasi selama Mei 2015, yakni Kota Pangkal Pinang yang mengalami deflasi sebesar 0,61 persen.
Perubahan cuaca yang tidak menentu tersebut menyebabkan tangkapan nelayan berkurang sehingga harga ikan di pasar melambung tinggi hingga 40 persen. Jenis ikan yang mengalami lonjakan tersebut antara lain Selar, Layang, Cakalang, Ekor Kuning, Kembung, Teri dan Bandeng.
Dia mengatakan melonjaknya harga berbagai jenis ikan itu juga mempengaruhi harga ikan bakar ataupun masakan berbahan dasar ikan. "Maklum masyarakat Palu gemar mengkonsumsi ikan," katanya.
Secara keseluruahn kenaikan indeks harga di Kota Palu terjadi pada kelompok pengeluaran bahan makanan (11,03 persen), makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,86 persen), perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar (0,10 persen), sandang (0,09 persen), serta kesehatan (0,04 persen).
Sebaliknya, penurunan indeks harga terjadi pada kelompok pengeluaran transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan (0,06 persen). Sementara kelompok pengeluaran pendidikan, rekreasi, dan olahraga selama Mei 2015 relatif stabil.
Sementara laju inflasi tahun kalender hingga Mei 2015 di Kota Palu sebesar 0,17 persen, sedangkan laju inflasi "year on year" (Mei 2015 terhadap Mei 2014) sebesar 6,96 persen.