Senin 01 Jun 2015 15:58 WIB

Sebelum Diterima Kerja, Muslim Australia Sudah Alami Diskriminasi

Rep: c38/ Red: Agung Sasongko
Pemuka Muslim Australia (ilustrasi)
Foto: AP PHOTO
Pemuka Muslim Australia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Pengamat menilai, cara pengusaha Australia memilih calon berdasarkan pada apakah mereka memiliki nama asing atau tidak paling berdampak pada Muslim.

Kepada The Australian, seorang professor mengatakan, adanya bukti diskriminasi agama dan hasil penelitian yang menunjukkan bias terhadap nama-nama asing pada aplikasi pekerjaan, khususnya nama Timur Tengah.

Direktur The International Centre for Muslim and non-Muslim Understanding, Riaz Hassa mengatakan, sensus 2011 mengungkapkan sebanyak 7,4 persen Muslim kelompok kerja usia produktif (25-44 tahun) menganggur, dibandingkan dengan 3,8 persen pengangguran untuk masyarakat umum.

“Ada diskriminasi yang jelas-jelas dilembagakan di pasar tenaga kerja di Australia,” kata Professor Hassan, dilansir dari muslimvillage.com, Senin (1/6).

Hassan juga mengutip sebuah studi yang dilakukan ekonom Australian National University. Ekonom itu mengirimkan 4000 aplikasi kerja palsu dan mengukur tingkat keterpanggilannya berdasarkan ras. Hasilnya, orang dengan nama Anglo-Saxon memiliki tingkat keterpanggilan lebih tinggi secara signifikan, sementara orang dengan nama Timur Tengah memiliki tingkat terendah.

Seorang wanita Muslim ditempatkan di posisi junior ketika menggunakan nama sebenarnya. Ketika dia melamar kembali dengan nama Anglo-Saxon, dia menerima panggilan dalam 30 menit. Statistik dari sensus tahun 2011 untuk tingkat kelulusan sekolah dan kualifikasi universitas juga tidak mencerminkan angka tenaga kerja Muslim.

Muslim laki-laki memiliki tingkat kelulusan sekolah dasar sampai menengah sebanyak 45 persen dibandingkan 37 persen populasi umum, sementara tingkat kelulusan universitas 17,9 persen dari 13,9 populasi Australia. Namun, di kelompok usia produktif, hanya ada 54 persen populasi muslim dibandingkan 78,4 persen dari populasi umum.

Prof. Terence Lovat dari University of Newcastle, yang memimpin penelitian tahun 2011 tentang pengalaman tenaga kerja Muslim, sepakat bahwa komunitas Muslim mengalami diskriminasi agama.

http://muslimvillage.com/2015/05/30/82191/australia-muslims-face-employment-discrimination/

--

Kabul Astuti

Faculty of Cultural Sciences

Gadjah Mada University

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement