REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Banyak pedagang beras di Denpasar, Bali mengalami penurunan omzet penjualan hingga 40 persen lebih, terkait isu beras mengandung bahan plastik (sintetis) yang berkembang di kalangan masyarakat.
"Omzet penjualan beras saya turun sekitar 30-40 persen, jika dulu bisa menjual beras sampai 20 kuintal dalam sebulan, kini hanya bisa menjual 12 kuintal saja," kata Made Bawa (50), seorang pedagang beras di Pasar Kumbasari, Denpasar, Selasa (2/6).
Ia mengatakan, padahal beberapa jenis beras mengalami penurunan harga, namun, tetap saja, niat konsumen membeli beras di pasar mengalami penurunan.
"Beberapa jenis beras lokal mengalami penurunan harga karena sedang musim panen, tetapi, tetap saja konsumen yang datang tidak mengalami pengurangan dari hari-hari biasa," imbuhnya.
Ia melanjutkan, pihaknya selalu meyakinkan konsumen jika beras yang dijual tidak mengandung plastik (sintetis) karena pihaknya mendatangkan beras langsung dari petani.
"Tiap ada konsumen yang datang selalu bertanya pada saya apakah beras plastik atau tidak, di sana saya bilang pada mereka kalau saya mengambil beras langsung dari petani di Tabanan dan sekitarnya untuk meyakinkan kalau saya tidak menjual beras plastik," tuturnya.
Nengah Wati (40), seorang pedagang lainnya juga mengeluhkan hal yang sama, pihaknya mengalami keresahan karena konsumen yang membeli beras semakin sedikit hari demi hari.
"Dalam sehari, paling hanya beberapa konsumen saja yang membeli beras ke kios saya, saya lihat di kios lainnya juga sepi, mungkin para konsumen takut membeli beras di pasar disebabkan karena isu beras plastik itu," tuturnya.
Ia mengatakan, sejak isu beras plastik menyebar di masyarakat, omzetnya menurun sampai 50 persen lebih.
"Dulu ketika masih ramai, dalam sebulan saya bisa menjual sekitar 30 kuintal beras, tetapi sekarang hanya 15 kuintal saja," ujar dia.
Nengah Wati berharap, isu beras plastik segera hilang sehingga dapat menaikan pendapatannya kembali.
"Semoga pemerintah bisa memberikan solusi dan pemahaman kepada masyarakat agar isu beras plastik tidak berkembang terus sehingga konsumen kembali ramai membeli beras ke pasar," demikian Nengah Wati.