Bali Lestarikan Tradisi Megibung Ramadhan

Red: Didi Purwadi

Sabtu 27 Jun 2015 09:09 WIB

Tradisi Megibung (ilustrasi) Foto: Antara/Nyoman Budhiana Tradisi Megibung (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Warga Kampung Islam Kepaon, Kota Denpasar, Bali masih melestarikan tradisi megibung --makan bersama dalam satu nampan. Sebuah tradisi turun-temurun yang dilaksanakan warga Kampung Islam Kepaon tiap pada hari ke-10, 20 dan 30 Ramadhan.

Dalam tradisi ini, warga Kampun Islam Kepaon berdatangan ke Masjid Al Muhajirin jelang waktu berbuka puasa. Mereka berkumpul di teras masjid sembari menunggu datangnya waktu berbuka puasa. Saat waktunya tiba, kolak dan berbagai jajanan pun disajikan sebagai menu buka puasa.

Usai menegakkan shalat Maghrib, tradisi megibung pun dimulai. Warga mulai membentuk kelompok-kelompok yang terdiri dari empat sampai lima orang. Nampan-nampan berisi nasi dan lauk pauk pun dibagikan.

Tak hanya warga setempat, warga dari luar kampung pun turut larut dalam kebersamaan megibung. Soal jenis santapannya, menu megibung cukup beragam. Ada nasi tumpeng dengan berbagai lauk pauk seperti ayam goreng, sayur, telur dan buah-buahan.

Terkadang masakan yang disajikan pun khas Bali. Ada lauk pauk berupa daging cincang, sate plecing, pepes ikan, kacang, dan urap-urap. Dodol dan jaje uli disuguhkan sebagai makanan penutupnya.

Dalam bahasa Bali, megibung berarti makan bersama atau makan dalam satu wadah. Megibung juga bisa diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh banyak orang untuk duduk makan bersama, saling berdiskusi dan berbagi pendapat.

Karenanya, tradisi yang ada sejak Muslim masuk ke daerah Kepaon pada 1362 ini mampu mempererat tali persaudaraan warga Kampung Islam Kepaon.

Terpopuler