Selasa 02 Jun 2015 19:00 WIB

Selandia Baru Siap Tekan Blatter Perihal Jatah Piala Dunia

Presiden FIFA Joseph Blatter
Foto: EPA/Ennio Leanza
Presiden FIFA Joseph Blatter

REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON--Presiden FIFA Sepp Blatter menghadapi situasi panas saat muncul nanti pada Piala Dunia U-20 di Selandia Baru. Sebab para pejabat sepak bola negara ini menginginkan diskusi yang terang benderang dengan dia.

Sepak Bola Selandia Baru (NZF) tidak memilih Blatter pada pemilihan presiden FIFA pekan lalu. NZF melihat reputasi badan sepak bola dunia itu menjadi kacau menyusul skandal korupsi.

Tidak hanya itu, NZF juga kecewa karena Konfederasi Sepak Bola Oseania (OFC), konfederasi FIFA paling kecil karena hanya beranggotakan 11 negara Pasifik Selatan, tidak mendapat tiket masuk langsung pada dua Piala Dunia berikutnya. Juara Oseania harus melewati play-off sebelum diputuskan lolos ke putaran final Piala Dunia.

Baik NZF maupun OFC tadinya mengharapkan Blatter mendukung aspirasi mereka. Namun Komite Eksekutif FIFA malah memutuskan jatah posisi Oseania masih tetap menggunakan format yang sama.

"Kami kecewa oleh keputusan itu," kata Ketua NZF Andy Martin. "Kami kini menantikan kesempatan untuk bertemu dengan Presiden Blatter dalam kunjungan ke Selandia Baru yang sudah diniatkannya belum lama bulan ini untuk membahas rencana-rencananya dan memahami bagaimana kami memainkan peran dalam proses itu."

Piala Dunia U-20 diselenggarakan di Selandia Baru sampai 20 Juni. Blatter diperkirakan akan ke Selandia Baru pada final turnamen ini di Auckland.

Martin belum lama ini berkata kepada Radio New Zealand bahwa FIFA telah kehilangan kredibilitasnya dengan akar rumput sepak bola dunia dan dia berharap Blatter mengubah kultur organisasi.

"Akar rumput adalah bagian sangat penting dalam sepak bola dan orang-orang ini melecehkan kepemimpinan FIFA dan untuk itu harus berubah," kata Martin. "Anda butuh integritas dalam kepemimpinan sebuah organisasi, Anda tak boleh membiarkan tuduhan korupsi sistemik ini terus menghantam sepak bola."

sumber : Antara/Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement