Kamis 04 Jun 2015 03:03 WIB

Arab Sunni dan Syiah, serta Barat Bersatu Lawan ISIS

Rep: Ratna Ajeng T/ Red: Erik Purnama Putra
Perdana Menteri Irak Haider al Abadi.
Foto: Reuters
Perdana Menteri Irak Haider al Abadi.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Negara Barat dan Arab bekerja sama melakukan serangan udara melawan ISIS merebut kembali wilayah Irak, Selasa (2/6). Sekitar 20 menteri yang berkoalisi bertemu dengan Perdana Menteri Irak Haider al Abadi di Paris. Mereka melakukan pembicaraan membujuk Iran untuk memperbaiki hubungannya dengan Irak.

Sehingga, keduanya dapat bekerjasama melawan ISIS. Abadi menolak bahwa Irak telah berhasil untuk merekonsiliasi ISIS. Abadi mengatakan, saat ini banyak relawan ISIS asing yang memasuki Irak untuk berkoalisi. Abadi mengatakan pihaknya berkomitmen agar Sunni dan Syiah dapat memulihkan hubungan.

Abadi juga menuduh koalisi internasional tidak berbuat banyak untuk mengatasi kejahatan ISIS yang melanda Irak sejak 2014. Bahkan ISIS kini telah menguasai sepertiga wilayah Irak. "Kita dapat berkorban untuk melawan ISIS tetapi koalisi internasional harus mendukung kami," ujarnya, dilansir Reuters.

Pasukannya terus membuat kemajuan dengan minimnya senjata dan amunisi. Padahal koalisi internasional berjanji memberikan senjata lebih banya. Bantuan hampir tidak ada dan pihaknya hanya mengandalkan diri sendiri.

Mereka juga harus menunggu persetujuan PBB untuk membeli senjata dari Iran dan Rusia. Serangan udara memang berguna ttapi tidak cukup. Dampak serangan udara hanya sedikit karena ISIS bergerak dengan kelompok-kelompok kecil saat ini.

Kementerian Pertahanan AS mengatakan AS telah mengirimkan roket ke Irak. "Kami memberikan 1000 ke Irak dan 1000 lainnya masih belum dikirim," ujar Juru Bicara Pentagon Kolonel Steve Warren. Sekitar 1.000 roket sisanya akan digunakan untuk melatih pasukan Iran nantinya. Pemerintah Irak telah mengalami kemunduran di bidang militer saat Ramadi direbut ISIS.

Sejak direbutnya Ramadi, pasukan Irak dan militan Siah telah mengambil posisi di sekitar Ramadi. Untuk merebut kembali Ramadi mereka mempercepat pelatihan dan melengkapi senjata suku lokal di Anbar. Perekrutan tentara Irak juga diperluas dengan komando dibawah Pemerintah Irak langsung. Kelompok Syiah sebelumnya telah lebih ahli di medan pertempuran dari penasihat militer Iran.

"Pembicaraan ini untuk menegaskan kembali tekad bersama melawan ISIS," ujar Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius. Strategi militer yang dilakukan tidak terlepas untuk rekonsiliasi politik di Irak.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement