REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah Provinsi Bali, Cokorda Oka Artha Ardana Sukawati mengatakan pembangunan pariwisata di Bali Selatan saat ini sudah melenceng dari konsep pariwisata budaya. Kondisinya kini mengarah ke pariwisata masal atau mass tourism.
Menurutnya hal ini harus diantisipasi supaya tidak menular ke wilayah-wilayah lainnya di Bali. Caranya adalah melakukan klasterisasi atau pengelompokan pariwisata berdasarkan karakteristik masing-masing daerah tujuan dengan tetap mempertahankan budaya asli.
"Klasterisasi ini menyangkut pariwisata Bali secara keseluruhan dan kami sudah membicarakan hal ini dengan gubernur," ujarnya di Denpasar, Kamis (4/6).
Bali memiliki potensi besar di bidang pariwisata. Namun itu harus dibarengi upaya agar pasarnya tidak monoton. Sistem klaster ini ke depannya akan memberikan dampak positif pada masing-masing daerah disembilan kabupaten kota di Bali.
Gubernur Bali, I Made Mangku Pastika mengatakan, Bali harus rajin memikirkan dan mengonsep destinasi pariwisata baru yang mampu menarik lebih banyak wisatawan. Ia berencana merevisi peraturan daerah atau perda pariwisata Bali mengingat kondisinya saat ini sudah berbeda.
"Bali akan kehilangan pasar jika monoton terus. Orientasinya harus masa depan," ujar Pastika.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Bali menunjukkan jumlah wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada April 2015 mencapai 313.763 orang atau naik 12,02 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Menurut kebangsaan, wisman terbanyak berasal dari Australia 24,92 persen, Cina 16,35 persen, Malaysia 5,25 persen, Jepang 4,88 persen, dan Inggris 4,31 persen.