REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sejarawan Anhar Gonggong mengatakan simpang-siur terkait tempat kelahiran Bapak Proklamator sekaligus Presiden Pertama RI, Soekarno sebaiknya dikonfirmasi secara langsung kepada pihak keluarga. Dirinya tidak bisa memastikan akurasi dua pendapat yang menyebutkan lokasi kelahiran Soekarno.
“Dalam beberapa dokumen resmi memang lebih banyak disebutkan Bung Karno lahir di Blitar. Tetapi ada pendapat yang menyebut beliau lahir di Surabaya. Sebaiknya dipastikan kepada keluarga beliau terkait akurasi tempat kelahiran ini,” ujar Anhar ketika dihubungi ROL, Kamis (2/6).
Menurut Anhar, dua pendapat di atas sama-sama berpeluang menjadi fakta yang benar maupun salah. Sebab, hingga kini belum ada kepastian terkait akurasi kedua pendapat di atas.
Meski begitu, dirinya tidak berani menyatakan pendapat mana yang benar atau yang salah. Dirinya tetap menyarankan agar beberapa pihak yang ingin merunut sejarah langsung bertanya kepada keluarga Soekarno.
“Langsung ditanyakan saja kepada Mbak Mega (Megawati Soekarnoputri) atau Mas Guntur (Guntur Soekarnoputra). Mereka yang lebih berhak memberikan penjelasan,” tegas Anhar.
Sebagai informasi, Soekarno lahir pada 6 Juni 1901. Presiden Pertama RI tersebut wafat pada 21 Juni 1970 pada usia 69 tahun.
Simpang-siur terkait tempat kelahiran Bung Karno menjadi perbincangan usai pembacaan Pidato Presiden Jokowi, Senin (1/6) lalu. Dalam pidato di Blitar tersebut, Jokowi menyebut tempat lahir Soekarno adalah di Blitar.
Pidato ini memicu berbagai reaksi publik. Sebagian besar menyalahkan Presiden yang dinilai salah menyebutkan informasi. Selama ini, publik memahami bahwa Sukarno lahir di Surabaya.