Jumat 05 Jun 2015 20:22 WIB

Selama Ical dan Agung Jalan Sendiri-sendiri, Golkar tak Akan Damai

Rep: C23/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Wapres JK mendamaikan kubu Agung Laksono dan Aburizal Bakrie.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Wapres JK mendamaikan kubu Agung Laksono dan Aburizal Bakrie.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Poltical Communication (Polcom) Institute Heri Budianto mengatakan islah Golkar tidak akan pernah berjalan baik jika masing-masing kubu, yakni Agung Laksono dan Aburizal Bakrie (Ical), masih melakukan aktivitas dan menggunakan simbol partai.

Padahal menurutnya, islah kedua pihak tersebut pada beberapa waktu lalu dan dimediasi oleh Jusuf Kalla, sudah positif untuk Golkar.

"Sepanjang masing-masing kubu masih melakukan aktivitas kepartaian dan jalan sendiri-sendiri, lalu mengklaim pihaknya yang paling benar, hal itu tidak akan bisa menyelesaikan masalah (konflik Golkar)," tutur Heri pada Republika, Jumat (5/6).

Ia menambahkan seharusnya Agung maupun Ical bisa menahan diri untuk tidak menggunakan simbol partai. "Karena islah kemarin sudah baik," ucapnya.

Dengan tetap berjalan sendiri-sendiri, Heri mengatakan, Golkar terncam tidak akan bisa mengikuti Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Selain itu, Golkar juga tidak akan pernah bisa menyelesaikan masalah internalnya.

Sebelumnya, konflik di tubuh Golkar kembali memanas setelah putusan sela Pengadilan Negeri Jakarta Utara yang memutuskan kepengurusan Partai Golkar kembali ke hasil Munas Riau. Keadaan ini diperparah dengan digelarnya Musyawarah Daerah (Musda) oleh kubu Agung di Bali beberapa waktu lalu.

Ketua DPP Partai Golkar hasil Munas Ancol, Leo Nababan mengaku pesimistis kesepakatan kerja sama dengan kubu Aburizal Bakrie akan berlanjut menjadi islah. Ia menilai kesepakatan kerja sama hanya sampai Pilkada saja. "Kami yakin kesepakatan tersebut sudah tidak ada gunanya lagi untuk dilanjutkan. Ya artinya kesepakatan kemarin bubar," katanya kepada Republika, Rabu (3/6).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement