Sabtu 06 Jun 2015 05:56 WIB

Koreksi Jokowi dan Puan, Yusril: Tidak Benar Pancasila Ditetapkan 1 Juni

Pakar hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra.
Foto: Antara
Pakar hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Jokowi mempertimbangkan untuk menetapkan tanggal 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila. Hal itu atas dasar permintaan resmi Pemkot Blitar dan keluarga Proklamator Sukarno. Hanya, Jokowi tidak bisa memastikan kapan kepastian kebijakan tersebut tuntas dikaji.

Cucu Bung Karno, Puan Maharani ingin agar ke depannya, pemerintah menjadikan peringatan Hari Lahir Pancasila dijadikan hari nasional.

"Saya berharap ke depan 1 Juni menjadi hari besar yang diakui pemerintah, diakui seluruh bangsa bahwa tanggal 1 Juni hari lahir Pancasila oleh Bung Karno," kata menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan tersebut.

Pakar hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra mengoreksi rencana pemerintah yang ingin menjadikan tanggal 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila. "1 Juni 45 sukarno ucapkan pidato di sidang BPUPK berisi usulan falsafah negara yg disebutnya dg nama Pancasila," katanya melalui akun Twitter, ‏@Yusrilihza_Mhd.

Yusril melanjutkan, "Rancangan falsafah negara kita disepakati tgl 22 Juni 45 dan ditandatangani oleh 9 orang anggota BPUPK."

Menurut mantan menteri sekretaris negara (Mensesneg) tersebut, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengesahkan falsafah negara pada 18 Agustus 1945. "Jd tdk benar Pancasila ditetapkan 1 Juni 45," kata Yusril.

Republika Online menghadirkan kanal Khazanah Ramadhan 2015. kirimkan tulisan tentang pengalaman puasa atau kegiatan Ramadhan di lingkungan anda beserta fotonya ke ramadhan@rol.repubika.co.id

Ketika salah satu pengikutnya, @KangMas2012 mempertanyakan, mengapa pada era Soeharto dulu, Yusril tak mengajukan usulan tersebut, ia malah balik bertanya. "Zaman Suharto 1 Juni tdk pernah dianggap harlah Pancasila. Apa yg mau diusulkan?"

Sebelumnya, Yusril juga mengomentari kesalahan pidato Jokowi di acara tersebut, yang menyatakan Bung Karno lahir di Blitar, padahal tercatat lahir di Surabaya.

Berdasarkan catatan Republika, Presiden SBY tidak pernah menyebut tanggal 1 Juni sebagai Hari Kelahiran Pancasilan. Pun dengan Wapres Boediono setiap 1 Juni, selalu menyebut, menghadiri acara peringatan Pidato Bung Karno, bukan Hari Lahir Pancasila.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement