REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU -- Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah mengajak para petani di daerah itu mengembangkan tanaman lada dan pala daripada komoditas sawit.
Lada dinilai lebih mudah perawatannya dan menguntungkan. Tanaman lada dan pala lebih ramah lingkungan dan tidak membutuhkn banyak air.
"Sawit itu butuh lima liter air sehari, dalam jangka panjang tidak baik untuk lingkungan, sebaiknya kembangkan lada dan pala," kata Junaidi saat memberikan sambutan dalam peringatan Hari Lingkungan Hidup 2015 yang digelar "Society of Indonesian Environmental Journalist" di Bengkulu, Jumat (5/6).
Junaidi mengatakan harga lada dan pala saat ini cukup tinggi dan petani tidak membutuhkan lahan luas untuk mengembangkan komoditas tersebut. Apalagi warga di wilayah ini, tambah dia, memiliki lahan pekarangan yang cukup luas yang dapat dijadikan lahan pengembangan lada.
"Lada itu hanya butuh pohon untuk tempat melilitkan batangnya, dan usia tanaman juga lama," kata dia.
Dengan harga lada saat ini yang mencapai Rp 150 ribu per kilogram, ia mengatakan saatnya kembali ke tanaman keras yang bernilai jual tinggi tapi tetap menjaga kelestarian lingkungan. Para petani di daerah ini, menurutnya mengembangkan tanaman lada asal Jambi yang kurang sesuai dengan iklim dan tanah Bengkulu.
"Ada lada dari Kaur yang buahnya memang lebih kecil tapi rasanya sangat pedas dan tajam," katanya.