REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali menemukan 4.733 lembar uang palsu selama tahun 2014 atau meningkat 20 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Dewi Setyowati, di Denpasar, Sabtu, menjelaskan bahwa sebagian besar uang palsu tersebut didapatkan dari laporan masyarakat kepada bank sentral itu.
"Sejak tahun 2010, penerimaan lembar uang palsu yang dilaporkan kepada kami mengalami peningkatan. Tahun 2014 jumlahnya meningkat 20 persen dibandingkan tahun 2013 yang pada saat itu mencapai 3.947 lembar," ucapnya.
Pecahan 100.000 merupakan pecahan yang paling banyak dipalsukan dan disusul pecahan 50.000 dan 20.000.
Sedangkan selama tahun ini hingga Mei 2015, bank sentral itu telah menerima uang abal-abal tersebut sebanyak 2.702 lembar. Untuk itu pihaknya mewanti masyarakat untuk berhati-hati dalam menerima uang yang dicurigai uang palsu.
Penekanan tersebut menyangkut ciri-ciri keaslian uang Rupiah (Cikur) yakni pengenalan awal 3-D dilihat, diraba dan diterawang.