Ahad 07 Jun 2015 13:23 WIB
Muktamar NU

Kiai Khos Inginkan Muktamar NU tak Seperti Pilkada

Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj berpidato saat Halal Bihalal Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DKI Jakarta (ilustrasi).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj berpidato saat Halal Bihalal Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DKI Jakarta (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Majelis Alumni Ikatan Pelajar Nahdlatul  Ulama  (MA IPNU) menerima pesan khusus dari kiai besar di Sulawesi Selatan terkait pelaksanaan Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama.

"(Halaqoh) ini diadakan untuk menjawab kegalauan rekan-rekan alumni IPNU. Jelang Muktamar kali ini suasana sudah semakin hangat," kata Ketua Presidium MA IPNU Hilmi Muhammadiyah,  dalam pembukaan Halaqoh Nasional bertema 'Menguatkan Kepemimpinan  Ulama dana  Organisasi Ulama' di Hotel The Alana, Surabaya, Sabtu (6/6).

Dalam sambutannya, Hilmi juga mengatakan, Halaqoh ini diadakan setelah dirinya  bersilaturahim  ke ulama khos di Sulawesi Selatan, KH Sanusi Baco, yang berpesan agar Muktamar Nahdlatul Ulama mendatang digelar tidak selayaknya Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang diwarnai politik uang.

"Jadi rekan-rekan galau, apalagi sekarang mulai ada  kiai yang genit,  kemana-mana menggoda PC dan PW. Kami berharap, halaqoh ini bisa menghasilkan rekomendasi yang menjadikan NU ke depan semakin baik," lanjut Hilmi.

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Said Aqil Siroj, dalam sambutan pembukaannya  mengatakan,  NU ke depan memang harus semakin baik.

Kang Said, demikian Kiai Said biasa disapa, selanjutnya menceritakan keteladanan dari KH Mahrus Aly, kiai khos yang dalam sejarahnya  menolak  didaulat  sebagai Rais 'Aam PBNU karena merasa ada ulama yang lebih pantas menduduki jabatan tersebut.

"Padahal Kiai Mahrus itu 'alim (berilmu) dan ilmunya gak tanggung-tanggung. Ngajinya itu Fathul Wahab, Jam'ul Jawamek, Mugnil Labib, kitab susah semuanya itu. Artinya apa, artinya NU  ke depan membutuhkan ulama yang sesuai makna ulama itu sendiri, yaitu berilmu," terang Kang Said.

Syarat lain untuk pemimpin NU ke depan, masih kata Kang Said, adalah mampu secara ekonomi dalam rangka pemberdayaan umat, serta memiliki jiwa aktifis yang mampu mengelola organisasi dengan baik.

"Kiai Mahrus itu kaya, dan NU membutuhkan pemimpin yang demikian agar tidak terus terusan membuat  proposal. Walhasil, NU memang harus semakin baik dan baik, siapapun yang nanti terpilih di Muktamar, pasti orang NU, tidak mungkin selain orang NU,"  pungkas Kang Said.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement