Ahad 07 Jun 2015 15:59 WIB

Nelayan Pangandaran Alami Paceklik

Rep: c 10/ Red: Indah Wulandari
Nelayan
Foto: Eric Ireng/Antara
Nelayan

REPUBLIKA.CO.ID,PANGANDARAN -- Nelayan di Kabupaten Pangandaran sedang mengalami musim paceklik karena gelombang laut sangat besar.

"Kondisi nelayan di Pangandaran saat ini sedang susah, bukan ikannya yang lagi tidak ada tapi karena tidak bisa berangkat melaut," ujar seorang nelayan di Pantai Timur Pangandaran, Juri Prawinjoy (42 tahun) kepada Republika, Ahad (7/6).

Juri mengatakan, musim angin timur sudah terjadi sejak bulan lalu. Jadi sudah sejak bulan lalu para nelayan tidak bisa mencari uang karena tidak melaut. Menurutnya, musim angin timur biasanya berlangsung selama empat sampai enam bulan. Jika terjadi hujan saat musim angin timur, kondisi gelombang ombak di laut semakin besar.

Sutarno (56) warga Pangandaran yang sudah cukup lama melaut menambahkan, saat musim paceklik biasanya para nelayan menggunakan uang tabungan atau hasil pertanian bagi yang punya. Sementara, bagi nelayan yang tidak punya, biasanya mereka meminjam uang untuk kebutuhan sehari-hari.

"Kalau lagi musim angin timur dan paceklik bisa dibilang puntung rokok dibakar lagi saking susahnya mencari uang," kata Sutarno.

Menurut Sutarno, saat sedang musim angin timur bukan ikan dilaut yang berkurang, tapi kondisi gelombang air laut benar-benar tidak memungkinkan bagi nelayan melaut. Terlebih untuk nelayan tradisional, perahu mereka yang kecil tidak akan sanggup menghadapi gelombang besar musim angin timur.

Juri kembali menjelaskan, saat musim angin timur nelayan yang ingin tetap memaksa melaut harus mencari saat yang tepat.

Dalam sepekan, biasanya ada saat anginnya sedang tidak besar, pada saat itu para nelayan biasanya pergi melaut. Akan tetapi mereka melaut di jarak yang dekat dengan pantai. Sebab, jika mereka melaut hingga ke tengah akan sangat berbahaya dalam kondisi musim angin timur.

Juri menambahkan, saat ini pun banyak perahu besar yang hancur di cagar alam dekat Pantai Timur Pangandaran. Perahu-perahu tersebut hancur dan rusak karena gelombang besar akibat musim angin timur. "Kalau lagi musim angin timur, ya nelayan mah sengsara," kata Juri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement