Senin 08 Jun 2015 00:10 WIB

Komisi VIII Desak Menag Lebih Serius Menetapkan Persatuan Awal Ramadhan

Rep: C30/ Red: Winda Destiana Putri
Muslim beribadah Ramadhan
Foto: ibtimes
Muslim beribadah Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di Indonesia selama ini yang terus-terus terulang adalah persoalan penetapan awal Ramadhan dan hari raya Idul Fitri.

Menyangkut hal tersebut, dua pandangan yang berkembang di Indonesia adalah metode hisab dan ru’yah. Kedua pandangan tersebut sama-sama memiliki landasan yang kuat, yaitu berdasarkan Alquran dan As-Sunnah.

Karena sama-sama berlandaskan pada dalil yang kuat, tentu saja tidak ada yang bisa dikesampingkan. Semuanya harus didengar dan diakomodir sehingga menemukan titik terang yang saling membesarkan.

"Tentu tidak elok jika setiap awal Ramadhan persoalan seperti ini selalu muncul. Apalagi, di negara-negara lain persoalan ini jarang ditemukan," ujar Saleh Partaonan Daulay Ketua Komisi VIII DPR RI, F-PAN, Dapil Sumut II, Ahad (7/6).

Menurut Saleh ketidak elokan ini harus segera diakhiri, mengingat beberapa waktu lalu Kementrian Agama juga menyampaikan bahwa pihaknya sedang mencari titik terang dan titik temu menganai hal tersebut. Saleh berharap upaya Kemenag ini sungguh-sungguh dan berpedoman pada prinsip saling menghormati dan menghargai.

"Ya kita doakan semoga segera dapat dicari titik temu. Kuncinya, harus ada yang ditinggikan setingkat dan merendah setingkat," ujar Saleh memberikan solusi.

Karena bagaimana pun juga menurut Saleh, dalam menetapkan awal Ramadhan dan penetapan hari lebaran merupakan sesuatu yang prinsipil dalam ajaran agama. Sehingga, semua pendapat dari masing-masing kelompok harus benar-benar diakomodir sedemikian rupa dan mencapai solusi yang terbaik dan menguntungkan semua pihak.

"Saya dengar, kemenag juga sedang mengagendakan ijtima’ lintas ormas. Mudah-mudahan kegiatan itu bisa menghasilkan rumusan-rumusan baru dalam penetapan awal Ramadhan dan lebaran," ujar Ketua Komisi VIII DPR RI.

Saleh berharap penyatuan ini mendapatkan titik temu yang tidak memihak siapapun, karena sejujurnya penyatuan awal Ramadahan dan lebaran di Indonesia merupakan harapan dan keinginan masyarakat selama ini. Dengan begitu, khilafiyah-khilafiyah yang mengiringi penetapan itu dapat dihindari demi persatuan dan kesatuan umat Islam.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اَرِنِيْ كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتٰىۗ قَالَ اَوَلَمْ تُؤْمِنْ ۗقَالَ بَلٰى وَلٰكِنْ لِّيَطْمَىِٕنَّ قَلْبِيْ ۗقَالَ فَخُذْ اَرْبَعَةً مِّنَ الطَّيْرِفَصُرْهُنَّ اِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلٰى كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِيْنَكَ سَعْيًا ۗوَاعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌحَكِيْمٌ ࣖ
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.” Allah berfirman, “Belum percayakah engkau?” Dia (Ibrahim) menjawab, “Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap).” Dia (Allah) berfirman, “Kalau begitu ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah olehmu kemudian letakkan di atas masing-masing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.

(QS. Al-Baqarah ayat 260)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement