Senin 08 Jun 2015 08:15 WIB

Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah, Ulama Pencinta Ilmu (2-habis)

Rep: Amri Amrullah/ Red: Indah Wulandari
Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah
Foto: sunnah.org
Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah

REPUBLIKA.CO.ID,Pada pertengahan 1960-an, Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah menggalang ulama di Suriah dan membawa persatuan di kalangan umat Islam. Di Masjid Kheservia, ribuan orang akan berkumpul setiap minggunya.

Ia mengangkat isu-isu kontemporer dan digunakan untuk berbicara melawan gelombang sekularisme. Pada tahun 1962, Syaikh terpilih sebagai anggota Parlemen untuk kota Aleppo, meskipun perlawanan sengit ia hadapi dari pesaing lainnya. Dia menggunakan posisi ini untuk membantu dan mempromosikan kepentingan Islam dan umat Islam di Suriah.

Syekh Abdul Fattah pun sempat dipenjarakan pada tahun 1966 dan menghabiskan sebelas bulan di penjara dengan ulama lainnya sebelum dibebaskan pada Juni 1967. Setelah dibebaskan, ia kembali ke Aleppo dan akhirnya memutuskan untuk pindah ke Arab Saudi.

Disana, ia mengajar di Universitas Imam Muhammad Ibn Saud di Riyadh selama tahun 1965-1988. Ia juga membantu mengembangkan dan kursus rencana dan program di Universitas. Ia menyibukkan dengan aktivitas akademik diundang sebagai Profesor tamu di Universitas Islam Um Durman di Sudan.

Dia juga berpartisipasi dalam berbagai seminar dan konferensi dan juga bekerja untuk jangka waktu di King Saud University di Riyadh. Dalam prestasi ilmiahnya, para sarjana Muslim menominasikan Syaikh Abdul Fattah pada tahun 1995 untuk jadiah dari Sultan Brunei dalam bidang Studi Islam.

Hadiah itu ditawarkan kepadanya oleh Oxford Centre for studi Islam dalam sebuah upacara di London. Perilakunya merupakan contoh akhlak mulia karakter seorang Ulama dan Mujahid handal yang memiliki pengetahuan dan kecerdasannya yang luas.

Ia sangat peduli dan mencintai keutuhan umat dalam Islam. Dia menunjukkan wawasan dalam genggamannya masalah melanda umat Islam.

Syekh Abdul Fattah dikenal sopan dan lembut dalam sambutannya dan menyentuh hati orang-orang yang ia berkomunikasi dengan. Dia cerdas, dan cepat dalam menanggapi dan hati orang-orang akan berbalik ke arahnya dengan cinta, hormat dan kepercayaan. Pandangannya jauh dari ekstremisme dan tidak akan reaktif atau mudah terprovokasi.

Dia akan selalu menilai hal dalam terang dan mengajar murid-muridnya untuk melakukan hal yang sama. Hingga kemudian Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddag meninggal pada Ahad 9 Syawal 1417/16 Februari 1997.

Ia dimakamkan di Jannat al-Baqi` di Madinat al-Munawwarah. Ribuaan umat Islam memanjatkan doa semoga Allah memberikan rahmat-Nya padanya, dan memberinya ganjaran terbaik atas amal ibadahnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement