REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Pemerintah Korea Selatan (Korsel) melaporkan lima kasus kematian baru akibat sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS). Atas kasus terbaru ini, Korsel mengumumkan pencegahan total terhadap persebaran virus ini.
Dilansir dari radioaustralia, Senin (8/6), sebanyak 14 kasus MERS terbaru, termasuk satu kematian telah dikonfirmasi pada Sabtu (6/6) malam. Pada Senin, dilaporkan ada 23 warga yang terinfeksi virus ini.
Dari 14 pasien MERS baru yang terinfeksi, 10orang berada di rumah sakit Seoul. Rumah sakit tersebut sebelumnya telah mengkarantina pasien yang sebelumnya telah terinfeksi MERS.
Sementara itu, Pemerintah Kota Busan melaporkan kasus tambahan yang terjadi di kawasan pelabuhan daerah tersebut. Kasus ini memicu kesadaran pemerintah bahwa wabah MERS telah menyebar secara nasional.
Perdana Menteri Choi Kyung-Hwan mengatakan, pemerintah akan meningkatkan pengawasan kepada pasien MERS yang telah dikarantina. Sementara penduduk lain yang terinfeksi tetapi belum dikarantina akan terus dipantau melalui ponsel mereka.
Perdana menteri juga mengungkapkan daftar 24 rumah sakit tempat pasien telah dikarantina dan diobati. Sebagian besar rumah sakit berada di Seoul dan Gyeongi. Dia meminta masyarakat untuk tidak panic menghadapi situasi ini. mengatakan ke-64 pasien sudah berada di rumah sakit.
"Kami menempatkan situasi di bawah kontrol agar wabah tidak menyebar ke masyarakat luar. Masyarakat mestinya tidak bereaksi berlebihan dan harus bekerjasama erat (dengan pemerintah) untuk meminimalkan dampak negatif MERS terhadap perekenomian negara,” katanya.
Hingga saat ini, total ada 87 kasus MERS yang terjadi di Korsel. Menurut Kementerian Kesehatan Korea Selatan, korban MERS terakhir yang meninggal adalah seorang pria berusia 75 tahun.