Selasa 09 Jun 2015 20:41 WIB

Dua Pertiga Orang Aborigin Meninggal Sebelum Usia 65 Tahun

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Hampir dua pertiga orang Aborigin meninggal dunia sebelum mencapai usia 65 tahun sementara secara nasional hanya 19 persen orang Australia yang mengalami kondisi serupa.

Hal itu terungkap dalam laporan Australian Institute of Health and Welfare (AIHW) yang dirilis pekan ini.

Laporan itu juga menunjukkan tidak terjadinya penurunan angka bunuh diri di kalangan warga Aborigin, padahal di kalangan warga Australia lainnya terjadi penurunan sebesar 25 persen.

 "Sekitar 65 persen angka kematian di kalangan warga Aborigin terjadi sebelum mereka mencapai usia 65 tahun dalam periode 2008-2012, dibandingkan dengan hanya 19 persen kejadian serupa di kalangan warga Australia lainnya," demikian disebutkan dalam laporan itu baru-baru ini.

Namun demikian dilaporkan terjadinya penurunan kesenjangan angka kematian antara warga Aborigin dan non-Aborigin menjadi 17 persen dalam periode yang sama.

"Turunnya kesenjangan angka kematian itu umumnya terjadi di kalangan penduduk wanita," katanya.

Di bawah program nsional Close the Gap, Australia menargetkan menghilangkan kesenjangan dalam tingkat harapan hidup di kalangan warganya ini pada tahun 2031 mendatang.

Namun Direktur Australians for Native Title and Reconciliation, Andrew Meehan, mengatakan program Close the Gap kurang terkoordinasikan secara nasional.

Sebagai contoh, disebutkan terjadinya peningkatan 16 persen kematian akibat kanker di kalangan warga Aborigin sementara di kalangan warga non-Aborigin justru turun 10 persen.

Laporan ini juga menyebutkan bahwa terjadi peningkatan persentase warga Aborigin yang masuk penjara.

Menurut Ted Wilkes dari Curtin University, tingginya persentase warga Aborigin yang masuk penjara dibandingkan non-Aborigin, menunjukkan pemerintah tidak mendengarkan masukan sebelumnya.

Tingkat hunian penjara sebelumnya diusulkan untuk dimasukkan sebagai salah satu program Closing the Gap, namun tidak dimasukkan oleh pemerintah.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement