Selasa 09 Jun 2015 17:56 WIB

Kembangkan L/C, BSM Raih Tiga Penghargaan Sekaligus

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
 Petugas melayani nasabah di salah satu kantor cabang Bank Syariah Mandiri, Jakarta, Jumat (8/5).
Foto: Republika/Prayogi
Petugas melayani nasabah di salah satu kantor cabang Bank Syariah Mandiri, Jakarta, Jumat (8/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Bisnis L/C (Letter of Credit) yang dikembangkan Bank Syariah Mandiri (BSM) berhasil membawa mereka meraih tiga penghargaan sekaligus dari lembaga riset berbasis di Hong Kong, The Asset.

The Asset mengapresiasi perkembangan trade finance yang dikembangkan BSM dengan menganugerahkan penghargaan The Best Islamic Trade Finance Bank in Indonesia bersamaan dengan pengahargaan The Best Islamic Retail Bank dan Bank of The Year 2015.

Direktur Keuangan dan Strategi BSM Agus Dwi Handaya mengatakan, Sejak menjadi bank devisa pada 2001, bisnis trade finance khususnya L/C BSM berkembang pesat.

Pada 2014 volume transaksi L/C dan  SKBDN ekspor BSM masing-masing sebesar Rp246 miliar dan sekitar 42 juta dolar AS.  Sementara volume dan transaksi L/C  dan SKBDN impor masing-masing Rp248 miliar dan 118,9 juta miliar, 823 juta yen dan 379,74 ribu euro.

Sementara per akhir Mei 2015 transaksi L/C dan SKBDN ekspor BSM sekitar Rp89,84 miliar dan 34,8 juta dolar AS.   Adapun transaksi L/C dan SKBDN ekspor masing-masing sebesar Rp23,37 miliar, 5,4 juta dolar AS dan 104 juta yen.

Meski bisnis L/C pasti terkena imbas lambatnya pertumbuhan ekonomi nasional sebagai dampak pelemahan ekonomi global, BSM tetap optimistis bisnis ini tetap tumbuh. ''Kami berharap volume dan transaksi L/C tahun ini naik hingga 50 persen,'' kata Agus, Senin (8/6).

BSM melihat bisnis ini sangat menjanjikan. Agus meliat mereka harus menyesuaikan dan kreatif mengembangkan bisnis trade finance yang bisa memenuhi kebutuhan sasabah seperti pengambilalihan piutang ekspor non L/C, bisnis resi gudang dan penyesuaian tarif (ujroh).

''L/C dan trade finance di bank syariah juga unik.  Barang yang dibeli sebagai underlying transaction harus sesuai prinsip syariah. Selain itu transaksi L/C di bank syariah tidak mengenal biaya bunga transit (overdue interest),'' tutur dia.

Selain telah melengkapi fasilitas SWIFT sehingga pengiriman L/C dapat diajukan secara cepat dan aman, BSM  juga telah mengembangkan produk derivatif dari  L/C yakni Islamic Usance Payable At Sight (UPAS). Produk tersebut mirip dengan dengan two step murabahah financing  (TSMF) yang dikembangkan oleh Bank Pembangunan Islam (IDB).

Jika di dalam BSM L/C transaksi terjadi hanya antara BSM dan nasabah di mana BSM mewakili nasabah memesan barang dan membayarnya, transaksi pada TSMF terjadi dua kali transaksi murabahah yakni antara BSM dengan IDB dan antara BSM dengan nasabah.

Saat ini BSM bekerjasama dengan sedikitnya 500 bank di dunia baik syariah maupun konvensional untuk layanan trade finance

Sejauh ini produk yang paling banyak dieskpor adalah furnitur kayu, produk kimia, batik, rempah dan keramik. Sementara produk yang banyak diimpor  adalah besi baja, peralatan telekomunikasi, mesin cetak, bahan baku industri kimia, elektronik, minyak dan beberapa produk lain.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement