REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- TNI meresmikan pembentukan organisasi baru, yakni Komando Operasi Khusus Gabungan (Koopssusgab), dengan tujuan bisa memberikan deterrence effect (efek pencegahan) bagi tindak terorisme di Indonesia.
Peresmian pembentukan Koopssusgab ini dilakukan langsung Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko, di lapangan silang Monas, Jakarta Pusat, Selasa (9/6). Secara khusus, Koopssusgab ini merupakan salah satu bentuk kesiapsiagaan TNI dalam menanggulangi ancaman teroris.
Komposisi pasukan dari Koopssusgab ini merupakan prajurit-prajurit terpilih dari satuan-satuan antiteror yang dimiliki oleh pasukan khusus di tiga matra TNI, yaitu dari Satuan 81 Gultor Kopassus TNI AD, Detasemen Jala Mengkara (Denjaka) Korps Marinir TNI AL, dan Satuan Bravo (Satbravo) Pasukan Khas TNI AU.
''Jumlah intinya 60 orang, tapi ditambah bagian-bagian lainnya, sehingga semua kekuatannya berjumlah 90 orang dan sudah benar-benar siap digunakan, bukan lagi kemampuan yang standar,'' ujar Moeldoko kepada wartawan sesaat sebelum meresmikan Koopssusgab.
Panglima TNI menambahkan, sifat dari Koopssusgab ini merupakan stand by forces dan dengan status operasi, sehingga bisa digerakkan kapan saja. Pemusatan pasukan pun akan dilakukan di Sentul, Kabupaten Bogor, dengan melakukan latihan dan belajar, serta mempersiapkan diri secara terus-menerus.
Nantinya, Koopssusgab bakal dipimpin komandan yang berasal dari pucuk pimpinan di tiap-tiap satuan pasukan khusus dengan sistem rotasi per enam bulan. Pada enam bulan pertama, kata Moeldoko, Koopssusgab akan dipimpin oleh Komandan Jenderal Kopassus, Doni Monardo.
''Kemudian pada enam bulan berikutnya, dipimpin Dankormar, dan kemudian Danpaskhas,'' ujar Panglima TNI.
Komandan tersebut akan melakukan pembinaan pasukan, sementara perintah gerak Koopssusgab bakal tetap berada di tangan Panglima TNI. Lebih lanjut, Moeldoko mengungkapkan, pembentukan Koopssusgab ini diharapkan bisa menimbulkan efek gentar terhadap para pelaku teror, baik yang berasal dari luar ataupun dalam negeri, yang ingin melakukan aksi teror di Indonesia.
''Kami ingin memberikan deterrence effect. Artinya, para pelaku teror jangan macam-macam di sini, kami punya pasukan khusus. Ini pesan yang saya berikan kepada mereka. Selain itu, untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada masyarakat,'' kata mantan Pangdam Siliwangi tersebut.
Tidak hanya itu, Panglima TNI juga akan menyerahkan sepenuhnya keputusan untuk menurunkan Koopssusgab dalam pelibatan langsung penanggulangan teroris. Maklum, selama ini, Kepolisian lewat Densus 88 menjadi pihak yang dikedepankan dalam hal pemberantasan kelompok-kelompok teroris.
Keterlibatan TNI dalam pemberantasan terorisme dapat dilakukan jika ada permintaan langsung bantuan dari pihak Kepolisian atau lewat keputusan Presiden.
''Kami tidak memikirkan bagaimana proses politik itu berjalan, yang kami pikirkan bagaimana kesiapan TNI itu sendiri, apabila tiap saat kami diminta Presiden,'' katanya.