REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kurikulum lembaga pendidikan Islam harus terintegrasi antara ilmu agama dengan ilmu umum sehingga mampu menarik para pelajar dari luar negeri.
“Kurikulum sebuah lembaga pendidikan tinggi Islam, harus mengintegrasikan antara ilmu umum dan ilmu agama,” ujar Ketua Badan Kontak Majelis Taklim Tuty Alawiyah, Rabu (10/6).
Jika keduanya sudah bisa terintegarasi secara utuh, Tuty optimistis, keberadaan lembaga pendidikan Islam bertaraf internasional di Indonesia akan terwujud.
Menurutnya, ini pula yang sudah dilakukan di Universitas Islam As Syafi’iyah, tempat dia menjabat sebagai rektor.
Lantaran ia menilai, lembaga Islam Internasional juga penting untuk mendukung daya saing sumber daya manusia Indonesia. Islam adalah agama mayoritas penduduk Indonesia. Jangan sampai, tahu-tahu Muslim Indonesia mendapati dirinya tidak bisa bersaing karena kurangnya kualitas.
Sekarang ini, tambah Tuty, jumlah universitas Islam internasional masih bisa dihitung dengan jari. Kita harus mendukung prakarsa ini. Ia pun memprediksi tingginya minat SDM dari pelosok-pelosok daerah, bahkan luar negeri.
“Kalau sudah disebut lembaga internasional pasti banyak yang tertarik. Selama ini banyak tetamu atau mahasiswa luar yang datang ke Indonesia. Mereka melihat Indonesia sebagai ‘sesuatu’ yang bisa menggerakkan lebih jauh ke depan,” kata Tuty.