REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tewasnya bocah berumur delapan tahun, Angeline yang ditemukan tewas terkubur menggambarkan kasus kekerasan terhadap anak sudah menjadi perhatian untuk semua kalangan. Dalam hal tersebut, masyarakat harus mengerti bahwa kejadian seperti Angeline bisa menimpa siapa saja.
“Kasus Angeline ini sudah menjadi warning bagi masyarakat dan khususnya bagi semua orang tua,” kata Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Susanto kepada ROL, Rabu (10/6).
Menurutnya, setiap calon orang tua harus siap secara ilmu dan psikologisnya untuk mempunyai dan merawat anak. Begitupun juga bagi yang sudah menjadi orang tua harus berhati-hati dalam mengasuh anak.
Ia menambahkan, biasanya orang tua sering lupa untuk berhati-hati mengasuh dan mendidik anak. “Kadang-kadang kan orang tua emosional dalam menyikapi perilaku anak tanpa melihat efek jangka panjang yang akan terjadi kepada anak itu,” ungkap Susanto.
Untuk itu ia berharap, penting bagi pemerintah untuk mendukung dalam peningkatan kompetensi orang tua dalam pengasuhan anak. Selain itu, ia berharap peningkatan pendidikan kepada calon orang tua.
Mayat Angeline ditanam di bawah pohon pisang di belakang rumah tempat korban tinggal. Kendati telah mengamankan tujuh orang, polisi belum berani memastikan motif di balik pembunuhan Angeline. "Kami masih dalami motifnya," kata Kapolda Bali Ronni F Sompie.
Mereka yang ditahan karena diduga terkait dengan pembunuhan Angeline adalah ibu angkat korban, Margaret Ch Megawe. Anak kandung Margaret, Christina, dua orang Satpam, Agus mantan pembantu Margaret, dan dua orang lainnya yang indekos di rumah Margaret.
Polisi telah memasang police line di TKP. Sementara ribuan warga memenuhi jalan Sedap Malam Sanur Denpasar, tempat tinggal korban selama ini.