REPUBLIKA.CO.ID, KUDUS -- Perseroan Terbatas Perusahaan Listrik negara Rayon Kudus Kota, Jawa Tengah, memprediksi tingkat konsumsi energi listrik selama Ramadhan meningkat hingga 10 persen dibandingkan sebelumnya.
"Konsumsi listrik saat Ramadhan hingga Lebaran meningkat, salah satunya saat aktivitas sahur dan kegiatan di tempat ibadah pada malam dan pagi hari," kata Manajer PLN Rayon Kudus Kota Agus Suwarsono di Kudus, Rabu (10/6).
Pada jam sahur, kata dia, memang ada kenaikan beban, namun terlalu signifikan. Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, kata dia, beban puncak tidak ada pergeseran karena tetap pada pukul 17.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB.
Tingkat konsumsi listrik rata-rata per bulan, kata dia, mencapai 70 juta kilowatt hour (kWh), sedangkan per harinya sekitar 2,33 juta kWh.
Meskipun demikian, kata dia, jauh sebelum memasuki bulan puasa memang ada upaya meningkatkan pemantauan keandalan jaringan, dibandingkan sebelumnya.
Untuk kelancaran distribusi aliran listrik, kata dia, PLN akan mengganti empat travo dalam waktu dekat, sedangkan yang terealisasi baru dua travo.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, kata dia, gangguan yang sering terjadi pada bulan puasa hingga Lebaran, yakni adanya kerusakan trafo karena menerima beban yang terlalu berlebihan akibat penggunaan energi listrik yang terlalu besar.
Selain itu, PLN Rayon Kudus juga menyiagakan trafo "mobile" untuk mengantisipasi terjadinya pemadaman listrik selama puasa akibat gangguan yang terjadi.
"Setiap terjadi gangguan jaringan atau listrik padam diharapkan segera dilaporkan kepada petugas PLN, sehingga bisa ditangani segera," ujarnya.
Selain itu, kata dia, ada penambahan satu pos jaga untuk mengantisipasi ketika ada gangguan jaringan listrik.
Untuk wilayah PT PLN Rayon Kudus Kota, kata dia, terdapat tiga pos jaga, yakni Kudus Kota, Mayong, dan Dawe.
Sementara pos tambahannya, kata dia, berada di Jekulo. Terkait dengan intensitas gangguan, kata Agus, selama tahun 2015 ini sudah terjadi sekitar 90 kali gangguan, sementara batas maksimal gangguan selama setahun mencapai 260 kali gangguan.
"Mayoritas terjadinya gangguan karena faktor eksternal, di antaranya gangguan hewan dan cuaca dengan dominasi gangguan hewan," ujarnya.