REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kabar hilangnya bocah bertubuh kurus itu pun terus menyebar melalui media sosial. Bahkan sejumlah lembaga swadaya masyarakat lokal dan asing yakni Yayasan Sahabat Bali dan Savechildhoods yang berkedudukan di Inggris juga turut mencari bocah itu pada Rabu (3/6).
Beberapa komunitas masyarakat mulai dari ibu-ibu warga negara asing, turis mancanegara, pecinta motor gede, hingga teman-teman sekolah Angeline ikut bergabung menjadi sukarelawan menyebarkan brosur berisi foto dan identitas bocah berambut panjang itu.
Brosur itu disebarkan di sepanjang jalan raya yang kerap kali dilalui Angeline saat berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki sejauh sekitar dua kilometer. Bahkan pada saat itu, Margaret dan kedua kakak angkatnya juga turut berjalan kaki menyebarkan brosur berhadiah hingga Rp 40 juta apabila menemukan Angeline.
Acara tersebut dibuka oleh Kapolda Bali Inspektur Jenderal Ronny Sompie dan Ketua Umum Komisi Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait yang turut berjalan kaki membagikan brosur Angeline. Tak hanya itu, "orang pintar" pun juga turut dikerahkan mencari bocah itu secara tidak nyata.
Semasa hidupnya, di kalangan guru-guru di SDN 12 Kesiman Sanur, Angeline dikenal merupakan sosok yang pendiam dan jarang bergaul dengan teman-temannya. Putu Sri Wijayanti, Wali Kelas 2-B menjelaskan bahwa Angeline memiliki kepribadian tertutup dan terkadang tidak mengikuti pelajaran tepat waktu karena sering terlambat datang ke kelas.
Menurut dia, Angeline kerap terlambat karena harus memberi makan ayam peliharaan Margaret sebelum ke sekolah dan harus berjalan kaki ke sekolah. Bahkan, ia bersama guru lainnya sempat memandikan bocah malang itu karena penampilannya yang kotor dan bau kotoran ayam.
"Saya pernah memandikan dia di sekolah. Kasihan, badannya kotor," ucapnya.
Melihat kondisi itu, pihak sekolah sebelumnya berencana mendatangi kediaman Angeline untuk menemui orangtua angkatnya setelah pelaksanaan Ujian Nasional. Meluasnya pemberitaan oleh awak media, juga sampai ke telinga Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara-Reformasi Birokrasi, Yuddy Chrisnandi dan Menteri Perempuan dan Anak, Yohana Yembise yang secara terpisah mengunjungi kediaman Angeline.
Namun pejabat pembantu Presiden Joko Widodo itu gagal menemui keluarga terutama Margaret padahal Yohana mengaku telah memberi tahu pihak keluarga terkait kunjungannya itu sebagai bentuk kepedulian negara atas kabar hilangnya Angeline. Menteri Yohana pun mengaku kecewa dan meminta polisi untuk menahan sang ibu angkat.
"Saya kecewa dan saya menaruh curiga kepada ibu itu. Seharusnya anak hilang, ibu itu ada di rumah. Saya minta kepada pihak kepolisian agar mereka ditahan," ucap Yohana saat mengunjungi kediaman Angeline pada Sabtu (6/6).
Hingga kini polisi masih mengungkap kematian Angeline, walaupun dari hasil otopsi menyebutkan bahwa bocah itu mengalami kekerasan akibat terkena benda tumpul hingga menyebabkan ia tewas. Masyarakat Indonesia pun kini menunggu "jawaban" polisi atas pertanyaan-pertanyaan itu, mengungkap siapa pelaku dan motif pembunuhan yang melatarbelakangi akhir hidup Angeline yang tragis.