Rabu 10 Jun 2015 23:00 WIB

Indef Yakini Tekanan Rupiah Berasal dari Impor

Rep: C87/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Rupiah Semakin Melemah: Teller melakukan transaksi dengan nasabah di Banking Hall Bank Mandiri, Jakarta, Rabu (11/3).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Rupiah Semakin Melemah: Teller melakukan transaksi dengan nasabah di Banking Hall Bank Mandiri, Jakarta, Rabu (11/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menilai, stabilitas terhadap harga-harga kebutuhan pokok harus dilakukan pemerintah melalui stok penyangga. Sebab, menjaga stabilitas harga tidak mungkin efektif hanya melalui imbauan maupun sekadar perpres.

Menurutnya, untuk bisa menstabilkan harga harus ada langkah konkret. Menjamin ketersediaan pasokan juga tidak cukup kalau penguasaan pasokan di tangan swasta.  Jika semuanya di swasta, jelas akan mendominasi pasokan dan harga.

"Untuk efektifnya pengendalian harga kebutuhan pokok pemerintah harus mempunyai stok penyangga untuk komoditas-komoditas pokok. Ketika pemerintah punya stok penyangga maka tidak memberikan peluang terhadap para mafia ekonomi untuk mengeruk keuntungan sebesar2nya menentukan harga pasar sebesar-besarnya," jelas Enny kepada wartawan di Jakarta, Rabu (10/6).

Enny menambahkan, salah satu pemicu rupiah mengalami tekanan lagi di awal Juni adalah impor yang meningkat. Momentum Ramadan yang masuk bulan Juni dan lebaran pada Juli biasanya akan meningkatkan konsumsi masyarakat. Sehingga harus ada peningkatan pasokan. Namun, untuk meningkatkan pasokan bahan baku harus impor.