REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara menyampaikan bahwa perbaikan terhadap sound system masjid perlu dukungan masyarakat. Menurutnya, saat ini masih minimnya pengetahuan di masyarakat terhadap pengaturan akustik masjid.
Dia mengatakan, pada saat umat Islam ke masjid untuk beribadah sebetulnya umat Islam lebih banyak mengunakan telinga. Sebab, setelah khatib naik mimbar jamaah fokus dan khusyu pada telinga.
"Anggap saja kita datang 10 menit sebelum khatib naik mimbar. Sedangkan khotbah itu sendiri berkisar sampai 30 menit, setelah itu 5 menit berakhir. Sehingga 75 persen waktu di masjid menggunakan telinga kita,"katanya saat diwawancarai ROL usai menghadiri launcing "Gerakan Cinta Masjid" oleh Bank dan Baitulmaal Muamalat di Balai Kartini, Rabu (10/6).
Dia melanjutkan, dapat dibayangkan jika sistem akustik dari masjid itu sendiri tidak memadai untuk didengar oleh jamaahnya. Hal itu, akan mengurangi ibadah khusyu jamaahnya sehingga pada akhirnya amalannya tidak optimal dan sempurna.
"Melihat kondisi ini saya selaku penggiat masjid bersama dewan masjid melihat apa yang sebetulnya sederhana untuk dilakukan,"ujarnya.
Penyebabnya, Rudi menjelaskan, apabila kondisi masjid semakin mampu mengumpulkan banyak dana pastinya akan membangun masjid agar bangunannya tambah kokoh. "Kalau bisa dindingnya itu dari marmer. Jika suara masjid tidak diatur maka marme arsitek akan memantulkan suara. Satu sisi jadi tidak bagus,"ungkapnya.
Selain itu, kata Menkominfo, dalam arsitektur masjid umumnya dilengkapi cekungan kubah. Hal itu akan mengakibatkan memantulnya suara.
"Tang tung tang tung suarannya akan mantul terus gitu loh,"pungkas Rudi. Kondisi tersebut, lantaran pengurus masjid tidak memiliki kemampuan yang memadai mengenai pengaturan akustik masjid.