REPUBLIKA.CO.ID, Sebuah rumah yang berdiri kokoh di Kawasan Condet itu tampak unik. Berada di balik jajaran rimbunnya Pohon Salak dan Rambutan.Ruma itu menghadap utara menyampingi jalan utama di perumahan warga sekitar. Berdiri kokoh dengan dengan dominasi cat putih dengan aksen kuning pada besi ram yang menutupi teras menjadikan rumah ini sangat jauh dari kesan tua.
Lantai rumah Pak Taba telah mengalami modernisasi, namun tetap saja hal tersebut tidak mengurangi kentalnya budaya Betawi di rumah itu. Seperti rumah-rumah Betawi pada umumnya, dinding rumah yang didominasi kayu dengan ornamen-ornamen khas Betawi.
Kehadiran Jendela Bujang seakan mengulik kembali romantika muda mudi di masa itu. Konon jendela ini berfungsi agar sang gadis bisa mengintip sang bujang yang mengujunginya. Semua bahan asli masih di pertahankan, bahkan ketika kayu pagar teras rumah telah lapuk dan sudah harus diganti, Taba tetap mempertahankannya dengan memanfaatkannya sebagai hiasan langit-langit teras rumah tersebut.
Tak ada yang menyangka bahwa rumah tradisional Betawi ini telah berumur hampir 100 tahun."Rumah ini bangun oleh kakek buyut saya sekitar tahun 1916, sekarang yang nempatin anak saya paling tua" ujar Mujitaba (64) yang akrab disapa Pak Taba di rumah barunya tepat bersebelahan dengan Rumah Betawi miliknya.
Rumah Pak Taba mungkin memiliki kerusakan disana sini namun ia tetap bersyukur rumahnya masih terpelihara dengan baik dan masih lestari berkat semangat dukungan orang-orang disekitarnya .
Rumah betawi yang pernah mendapatkan penghargaan dari walikota Jakarta Timur tersebut memang bukan satu-satunya rumah tradisional Betawi yang masih bertahan meski tidak dikelola oleh dinas terkait. Apalagi letaknya di kawasan Condet yang memang memiliki histori sebagai salah satu pusat kebudayaan Betawi.
Cukup disayangkan condet gagal menjadi cagar budaya betawi. Meski dahulu pernah dijadikan kawasan cagar budaya Betawi pada pada masa Gubernur Ali Sadikin pada tahun 1974.
Rumah tradisional Betawi semakin sulit ditemukan, adapun kondisi rumah yang masih tersisa dalam kondisi mengkhawatirkan akibat bangunan yang didominasi material kayu telah lapuk dimakan waktu. Semoga rumah milik Mujitaba dapat tetap lestari dan menjadi saksi bisu kejayaan kebudayaan Betawi di kawasan Condet.