Jumat 12 Jun 2015 18:30 WIB

Stok Kebutuhan Pokok Purbalingga Disebut Masih Aman

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Yudha Manggala P Putra
Kebutuhan pokok (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Kebutuhan pokok (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Menjelang bulan Ramadhan, persediaan kebutuhan pokok masyarakat (Kepokmas) di wilayah Kabupaten Purbalingga disebut masih aman.

Stok kebutuhan pokok tersebut, diperoleh  Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Dinperindagkop) setempat, dari hasil pendataan yang dilakukan terhadap para pedagang besar dan distributor yang ada di Purbalingga.

''Stok kebutuhan pokok masyarakat masih aman. Seharusnya, kalau pun ada beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga, namun kenaikannya tidak terlalu tinggi karena stok masih mencukupi kebutuhan,'' jelas Kepala Dinperindagkop, Agus Winarno, Jumat (12/6).

Dia menyebutkan, berdasar data yang diperoleh pihaknya, stok gula di wilayahnya masih terdapat  200 ton, tepung terigu 300 ton, minyak tanah 40 kiloliter, LPG ukuran 12 kg 7.440 tabung dan ukuran LPG 3 kg 18.400 tabung.

Sementara stok beras beras diperkirakan mencapai 24.137 ton dengan rincian yang tersimpan di gudang beras Bulog Banyumas di Purbalingga ada sebanyak 4.037 ton, PD Puspahastama 100 ton dan stok masyarakat mencapai 20 ribu ton.

''Stok beras di masyarakat sebanyak 20 ribu ton ini, diperoleh dari hasil panen raya pada April 2015 lalu. Sampai sekarang, masih banyak petani yang menyimpan hasil panen mereka di rumah masing-masing,'' jelasnya.

Sementara untuk mengatasi kenaikan harga Kepokmas yang berlebihan, Agus menyatakan pihaknya akan terus melakukan monitoring di sejumlah pasar tradisional, seperti di Pasar Segamas, Pasar Bobotsari dan Pasar Bukateja.

Dari hasil pemantauan di pasar Segamas, bila terjadi kenaikan harga yang berlebihan maka pihaknya akan berkoordinasi dengan pihak terkait.

''Kalau bisa diatasi, akan kita atasi. Antara lain dengan cara menggelar pasar murah dan operasi pasar,'' jelasnya. Meski demikian dia menyebutkan, kegiatan operasi pasar ini baru bisa dilaksanakan jika harga satu komoditas kebutuhan pokok masyarakat mengalami kenaikan minimal 25 persen.

Meski demikian, kalau kenaikan harga satu komoditas terkait dengan kondisi stok nasional, kita tidak bisa melakukan tindakan apa-apa karena yang bisa mengatasi adalah pemerintah pusat.

Seperti dalam hal kenaikan harga bawang merah yang saat ini masih bertengger di tingkat haga Rp 45 ribu per kg, dia menyatakan kenaikan harga komoditas tersebut disebabkan oleh minimnya stok bawang di hampir semua daerah. Terutama karena sentra-sentra pertanian bawang, yang saat ini memang masih belum panen.

''Untuk mengatasi hal ini, yang bisa hanya pemerintah pusat karena terkait kondisi stok nasional,'' jelasnya.

Sementara menyinggung soal peredaran merica palsu di pasaran, dia mengakui, di beberapa pasar tradisional wilayah Purbalingga, juga ditemukan merica palsu.  ''Untuk sementara merica palsu sudah diamankan. Kepada pedagang juga sudah kami himbau agar lebih berhati-hati bila hendak kulakan bahan kebutuhan masyarakat,'' jelasnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement