REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Cendikiawan Muslim Azyumardi Azra mengatakan faktor penyebab kurang berkembangnya pembelajaran hadist dibandingkan ilmu Islam lain seperti fikih, tafsir dan lain-lain karena kondisi ilmu hadist yang cenderung spesifik.
"Ilmu hadist itu kan ilmu yang sangat spesifik. Jadi memang kalau di tingkat dasar atau ibtidaiyah sampai menengah atau aliyah itu dibatasi kepada hadits-hadits yang umum saja," kata Azyumardi kepada Republika, Jumat (12/6).
Bila pengembangan lebih mendalam ditekankan kepada siswa-siswi tingkat dasar sampai menengah, ia khawatir akan terlalu membebani siswa-siswi.
Untuk itu bila ingin mendalami ilmu hadist yang tepat saat ini, katanya, lebih baik dilakukan di perguruan tinggi.
Mengenai ketersediaan pengajar hadis khususnya di Indonesia, Guru Besar sekaligus mantan Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah ini melihat bahwa di Indonesia sudah banyak pengajar ilmu hadits yang kompeten.
Ia menyebut sudah banyak pakar hadist yang lulusan dari timur tengah dan magister-magister perguruan tinggi Islam di Indonesia.
"Pengajar hadist banyak, ada yang tamatan timur tengah baik S1 atau S2. Ada juga tamatan dari pascasarjana di Indonesia jadi saya kira stok pengajar untuk hadis itu tidak kurang," ujar Azyumardi.
Sebelumnya diberitakan bahwa Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin dalam sebuah forum mengatakan, ilmu hadist khususnya di Indonesia ketinggalan di bandingkan ilmu-ilmu lain seperti ilmu fikih dan ilmu tafsir yang sudah berkembang pesat.