REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN – Kumpulan anak-anak di Lapangan Denggung tampak tak biasa dari hari-hari sebelumnya. Mereka berpakaian khas jawa lengkap dengan perlengkapan permainan tradisional. Rupanya mereka sedang mengikuti Festival Dolanan Anak yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman.
Wajah mereka ceria dan berbinar-binar. Bahkan tak sedikit yang tampak antusias. Salah satunya Nufazulfa (11) dari SDN Karang nongko 1 Kalasan. Siswi kelas empat tersebut bersemangat menampilkan beberapa permainan. Di antaranya jejamuran, cublak-cublak suweng, dan padang bulan.
“Iya senang main itu. di sekolah juga diajarkan. Ada sanggarnya,” tuturnya pada Republika, Ahad (14/6). Nufa menceritakan, selain memang selalu dimainkan bersama teman-teman, penampilannya kali ini memang sengaja dipersiapkan dari seminggu sebelumnya. “Sudah latihan bareng-bareng,” katanya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, kabupaten Sleman, AA Ayu Laksmidewi menuturkan, festival kali ini sengaja digelar untuk menanamkan nilai-nilai budaya pada anak. Terutama gotong royong dan keharusan menghormati orang lain. Ia menilai dengan banyaknya permainan yang berbasis teknologi informasi, anak menjadi semakin individualis.
“Kami ingin budaya dolanan kembali hidup. Sebab hal semacam ini mampu memberikan ruang kreativitas pada anak. juga sebagai pembentukan karakter mereka,” tutur Ayu saat ditemui di Lapangan Denggung. Menurutnya dengan permainan yang melibatkan banyak orang, anak dapat saling berinteraksi. Kemudian dari situ mereka akan menyerap norma-norma sosial yang ada di masyarakat.
“Kalau zaman dulu kan main bareng, kalah bertengkar, itu sudah wajar. Paling besoknya main lagi. Tapi kalau sekarang, masalah sedikit pun jadi dendam dan bawa-bawa geng,” paparnya. Menurutnya kondisi tersebut merupakan polemik sosial yang harus diperbaiki. Salah satunya dengan kegiatan dolanan anak.
Maka itu Ayu meminta pada peserta festival agar tidak menjadikan juara sebagai target utama. Ia kemudian menegaskan pentingnya permainan tradisional. Karenanya kegiatan tersebut harus dimasukkan ke kurikulum sekolah. Terutama dalam mata pelajaran muatan lokal atau pendidikan jasmani.
Ayu mengemukakan, festival dolanan anak memang cukup sering diselenggarakan oleh beberapa instansi. Namun kali ini, ia berharap festival dari Disbudpar tersebut dapat terlaksana secara berkelanjutan.
Kepala Bidang Kesenian, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman, Edy Winarya menjelakan, semua peserta festival merupakan perwakilan dari 17 kecamatan. Mereka berusia delapan sampai 12 tahun. Ada yang berasal dari SD. Tapi ada pula yang dari sanggar di masing-masing desa.
“Ini kan Festival Dolanan Anak pertama yang kami gelar. Jadi kami memang sengaja membaginya menjadi dua hari agar waktunya lebih panjang,” tutur Edy. Sebanyak 14 grup dolanan anak akan tampil hari ini, dan tiga lainnya besok, Senin (15/6).