REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Bentrok antara dua pemerintah dan faksi-faksi bersenjata di Libya membuat negara tersebut dalam kekacauan. Kelompok bersenjata bahkan melakukan aksi penculikan terhadap warga negara asing dan diplomat pada tahun lalu sebagai cara untuk menekan pemerintah melepaskan militan Libya yang dipenjarakan.
"Sebanyak delapan warga Tunisia yang bekerja di ibukota Libya Tripoli telah diculik," ujar Anggota Parlemen Lokal, Hussein Yahyaoui kepada Radio Pemerintah Tataouin, dilansir dari Al Arabiya, Ahad (14/5).
Sampai saat ini, pejabat Tunisia belum ada yang mengkonfirmasi penculikan itu. Kelompok bertikai pun belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas penculikan staf konsuler.
Bulan lalu, Pemerintah Tunisia menangkap Walid Kalib, anggota dari Libya Dawn, kelompok bersenjata yang mengambil alih Tripoli musim panas lalu. Pada hari Kamis, pengadilan Tunisia menolak untuk membebaskan Kalib, yang menghadapi tuduhan penculikan di Tunisia.
Libya Dawn, aliansi kelompok bersenjata yang merupakan pemberontak yang ingin merebut kekuasaan di Tripoli, mengusir pemerintah yang berkuasa. Saat ini, mereka beroperasi dari timur negara itu dan mendirikan negara sendiri.