Senin 15 Jun 2015 13:41 WIB

Studi: Iklan Rokok Sengaja Merajalela di Sekitar Sekolah

Rep: C14/ Red: Erik Purnama Putra
Demonstran menolak pemasangan iklan rokok di televisi dan ruang publik dalam aksi di Bundaran HI, Jakarta, Jumat (31/5).
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Demonstran menolak pemasangan iklan rokok di televisi dan ruang publik dalam aksi di Bundaran HI, Jakarta, Jumat (31/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah laporan studi oleh Lentera Anak Indonesia (LAI), Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA), dan Smoke Free Agents (SFA) membuktikan, serbuan iklan rokok di lingkungan sekolah sudah sangat masif. Sebelumnya, studi tersebut dilakukan terhadap 360 sekolah di lima kota besar, yakni Jakarta, Bandung, Makassar, Mataram, dan Padang.

Menurut aktivis SFA Hasna Pradityas, iklan semacam itu bertujuan untuk menemukan perokok baru sebagai pengganti orang-orang yang telah berhenti merokok atau meninggal dunia akibat penyakit dari paparan asap rokok. Dengan menarget publik sejak usia muda, keinginan untuk mencoba merokok pun akan meningkat.

Lantaran hal itu, industri rokok di Indonesia rela menghabiskan dana hingga triliunan rupiah hanya untuk promosi. "Pemantauan yang kami lalukan mencakup 360 sekolah di lima kota, tapi kami menduga bahwa iklan rokok sebenarnya bisa ditemukan di dekat sekolah kota-kota Indonesia lainnya," kata Hasna Pradityas dalam siaran pers kepada Republika, Senin (15/6).

Beberapa perusahaan rokok yang beriklan di sekitar sekolah, yakni Djarum, Bentoel International Investama, Nojorono Group Kudus, Gudang Garam, dan HM Sampoerna. Iklan rokok yang berlokasi di warung atau tempat jualan, ditemukan di 85 persen sekolah yang dipantau. Adapun promosi harga rokok ditemukan di lebih dari setengah total sekolah yang dipantau.

"Hasil pemantauan ini membuktikan industri rokok secara agresif menempatkan iklan rokok di tempat yang dilewati anak-anak sekolah setiap harinya, juga di tempat mereka berkumpul bersama teman-teman sebayanya," ujar anggota tim monitoring yang juga dosen FISIP Universitas Indonesia, Dr Hendriyani.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement