REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serikat Pedagang Pasar Indonesia (SPPI) meminta pemerintah semaksimal mungkin menutup keran-keran impor bahan pokok agar para mafia-mafia pangan tidak leluasa mengeruk keuntungan pribadinya. Ketua Umum Serikat Pedagang Pasar Indonesia (SPPI) Rheinhard Parapat berharap pemerintah Jokowi-JK memiliki kebijakan untuk menahan laju kenaikan harga bahan pokok dengan tidak harus melakukan impor.
"Kalau kita mengimpor dari luar artinya harga akan turun tapi yang rugi adalah petani. Untuk itu harus ada kebijakan, karena ada mafia-mafia yang meresahkan. Dasarnya (mafia) mencari keuntungan pribadi atau golongannya dengan melakukan penimbunan-penimbunan bahan pokok yang tujuannya itu mendongkrak harga sehingga mau tidak mau pemerintah melakukan impor," ujar Rheinhard kepada ROL, Selasa (16/6).
Ia melihat, pemerintahan Jokowi sedang berupaya keras untuk menstabilkan harga-harga bahan pokok dengan melakukan operasi pasar dimana. Selain itu, ia juga menyambut baik pergantian direksi yang ada di tubuh Bulog.
"Bulognya diganti dengan orang-orang yang mau bekerja agar harga itu jangan sampai terlalu tinggi yang ujung-ujungnya inflasinya semakin berat. Nah ini dilematisnya, mau menguntungkan bangsa sendiri atau kita keluarkan uang untuk menguntungkan bangsa lain, itu yang harus dipikirkan jangan kita meihat jangka pendek saja, karena ini problem masa lalu yang sangat panjang dan bertahun-tahun," ungkapnya.
Ia mengharapkan, Presiden Jokowi mampu melawan arus terkait kenakalan yang dilakukan para mafia dalam mengatur harga di pasar. Rheinhard menegaskan, impor hanya akan menguntungkan para spekulan atau mafia yang sudah bertahun-tahun ada dari rezim satu ke rezim lainnya.