REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peran media sosial ditengarai cukup kuat memengaruhi publik pemilih di Indonesia. Dalam ajang Pilpres 2014 silam, percakapan di jagad Twitter ternyata ikut menentukan hasil akhir kemenangan pasangan Jokowi-JK.
Pemerintah Denmark tertarik melakukan riset terkait media sosial di Indonesia yang dilakukan Dewan Pers dan Indonesia Indicator. Dalam diskusi round table di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta, Selasa (16/6), Duta Besar Denmark untuk Indonesia Casper Klynge mengatakan, pemerintahnya bisa belajar banyak hal dari pengalaman Indonesia selama menempuh Pilpres 2014. Apalagi, Denmark pada 18 Juni 2015 nanti akan menyelenggarakan pemilihan umum.
"Tahun ini, media sosial memainkan peran yang amat besar. Tapi (di Denmark) misalnya perdana menteri kami tidak punya akun Twitter. Demikian pula, hampir semua politisi tidak memakai Twitter sebagai medium kampanye," ucap Casper Klynge, Selasa (16/6).
Klynge mengatakan pemerintah Denmark ingin mengatahui lebih banyak dampak penggunaan media sosial bisa memengaruhi pemilih di Indonesia. Dia mengamati, meskipun hasil pemungutan suara sempat diperkarakan pada pengadilan Mahkamah Konstitusi (MK), Pilpres 2014 di Indonesia berjalan cukup sukses dan relatif damai. Padahal, terjadi "perang" pesan yang cukup sengit di jagad internet. Misalnya, gembar-gembor hashtag yang menyeru publik untuk memilih salah satu dari dua pasangan kandidat.
"Saya mesti mengatakan, itu sangat mengesankan ketika kedua belah kandidat saling menunggu putusan Mahkamah Konstitusi. Bagaimanapun, keduanya menghormati putusan. Dan Anda tidak melihat kerusuhan apa pun yang signifikan setelahnya," ucap dia.