REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 42 Pimpinan Redaksi media massa nasional ditambah wartawan senior Pertahanan Keamanan mendapatkan penyematan brevet dan pemakaian jaket di Mabes TNI, Selasa (16/6). Ini merupakan salah satu bentuk pengakuan media sebagai mitra TNI.
Salah satu pemimpin redaksi yang mendapatkan pembaretan dari TNI itu adalah Pemimpin Redaksi Republika, Nasihin Masha. Dalam upacara penyematan brevet itu juga diwarnai gelar pasukan dari sejumlah pasukan khusus, yaitu Kopassus TNI AD, Korps Pasukan Marinir (Kormar) TNI AL, dan Pasukan Khas (Paskhas) TNI AU.
Tidak hanya itu, sebelum menerima brevet dan jaket dari Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko, para pemimpin redaksi dan wartawan senior hankam melakukan serangkaian kegiatan pengenalan di masing-masing matra. Pada pengenalan matra udara, seluruh peserta melakukan joyflight dengan menggunakan pesawat CN 295 di Lanud Halim Perdanakusumah.
Kemudian dalam pengenalan matra laut, para pimpinan redaksi dan wartawan senior hankam, melakukan pelatihan mendayung dan lomba mendayung yang dilakukan Korps Marinir.
Sementara dalam pengenalan matra darat, para peserta mendapatkan pelatihan menembak dengan menggunakan senapan buatan PT Pindad, SS2. Semua kegiatan ini juga menjadi salah satu dari bagian Olah Yudha (olah keprajuritan).
Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko, menyambut baik kegiatan ini. Salah satunya adalah membangun silaturahmi yang semakin baik antara TNI dan media. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi bukti adanya perubahan sikap dan paradigma komunikasi TNI.
Moeldoko pun telah menerapkan doktrin perubahan paradigma ini kepada setiap prajuritnya. "Tidak boleh lagi TNI menutup diri. Tidak boleh lagi, TNI dikritik terus marah. Kami harus memberikan akses seluas-seluasnya kepada media," kata Moeldoko usai memberikan upacara penyematan brevet kepada wartawan, Selasa (16/6).
Lebih lanjut, Moeldoko menambahkan, diharapkan lewat kegiatan ini, media bisa mengerti perubahan paradigma komunikasi dari TNI saat ini. Kendati begitu, Moeldoko menegaskan, akses yang diberikan seluas-seluasnya kepada media harus dilakukan dengan memberikan informasi yang jujur.
"Jika informasi diberikan secara jujur, saya yakin, akan ada kesepakatan untuk tidak semua informasi dikeluarkan ke publik," ujarnya.