Rabu 17 Jun 2015 17:42 WIB

Menjadi Manusia-Manusia Pilihan

Rep: c38/ Red: Damanhuri Zuhri
Ahmad Satori Ismail
Foto: ROL
Ahmad Satori Ismail

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -– Menuntut ilmu bisa dilakukan lewat berbagai cara. Ketua Ikatan Dai Indonesia (Ikadi), Prof Dr KH Ahmad Satori Ismail mengungkapkan apresiasi pada orang yang sibuk tetapi masih menyempatkan waktu untuk menuntut ilmu agama.

“Menuntut ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap Muslim, tapi caranya bisa bermacam-macam. Bisa dengan cara membaca buku, mendengarkan rekaman, atau langsung mendatangi majelis ilmu,” kata KH Satori Ismail kepada Republika, Rabu (17/6).

Menurut Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini, keutamaan tiap-tiap jalan menuntut ilmu ini berbeda-beda. Yang lebih utama tentu saja mendatangi masjid untuk menghadiri majelis ilmu langsung.

Menurut Satori, Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis yang artinya, “Barang siapa yang mendatangi masjid untuk menuntut ilmu, ia laksana orang yang sedang berjihad di jalan Allah,” ujarnya seraya mengatakan, sejak Muslim melangkah keluar rumah sampai pulang kembali, ia dicatatkan malaikat tengah dalam kondisi jihad.

Selain itu, lanjut doktor dari Universitas Islam Madinah, Arab Saudi ini, membaca buku keagamaan atau mendengarkan rekaman kajian juga termasuk aktivitas menuntut ilmu. Setiap aktivitas memiliki catatan pahala masing-masing.

Membaca buku yang diniatkan untuk menuntut ilmu, jauh lebih baik daripada membaca hal-hal yang tidak bermanfaat.

“Apalagi pada bulan Ramadhan. Setiap amalan wajib pada bulan Ramadhan akan dilipatgandakan 70 kali, sementara menuntut ilmu hukumnya wajib. Karena itu, pahala menuntut ilmu pada bulan Ramadhan dilipatgandakan 70 kali oleh Allah SWT,” kata Satori.

Menuntut ilmu dengan cara mendatangi majelis-majelis ilmu di masjid memang memiliki keutamaan besar. Namun, Satori Ismail menjelaskan, lain soal dengan orang yang super sibuk.

Menurutnya, orang yang masih bisa menyempatkan diri untuk menuntut ilmu di tengah kesibukan yang luar biasa tetap memiliki keutamaan tersendiri. Ia mencontohkan, seorang pegawai yang menyetir sambil mendengarkan rekaman murottal atau kajian Alquran.

Alumnus Pondok Modern Daarussalam Gontor ini mengungkapkan, tidak masalah menuntut ilmu lewat buku-buku agama atau kaset rekaman.

Hal itu justru lebih baik, sebab membuktikan mereka masih memiliki komitmen untuk menuntut ilmu. Sumber-sumber sekunder tersebut berfungsi untuk memudahkan orang-orang dalam kondisi seperti itu.

“Sangat luar biasa jika orang super sibuk masih bisa menyisihkan waktu untuk menuntut ilmu. Mereka orang-orang pilihan yang efektif dan efisien. Mereka mampu mendayagunakan waktu dengan baik,” kata Ketua umum Ikadi ini menambahkan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement