REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang pengatur skor pertandingan sepak bola disebut sebagai pemberi dana klub-klub yang hampir bangkrut karena minimnya pendapatan finansial untuk dapat terus bertahan, kata mantan pelatih Persipur Purwodadi Gunawan di Jakarta, Rabu (17/6) malam.
"Divisi Utama tahun ini banyak klub yang kolaps ya tahun ini, karena tidak ada (dana dari) APBD. Akhirnya merajalela bandar-bandar itu dateng, melalui runer-runer," kata Gunawan.
Gunawan mengakui bahwa klub yang yang ditanganinya saat itu Persipur Purwodadi tidak mendapatkan keuntungan finansial dan melakukan praktik pengaturan skor. "Salah satunya pada saat saya di Purwodadi, ini gak ada finansial sama sekali," katanya.
Gunawan mengungkapkan bahwa para bandar judi tersebut bersedia memberikan dana sebagai modal untuk menutupi kerugian klub, yang pada akhirnya ditawari kontrak untuk melakukan pengaturan skor pertandingan. "Begitu ada informasi pernyataan mereka akan memberikan modal, modal awal untuk menutupi (kerugian) semua dimodalin dulu. Setelah pertandingan, ada kontrak," katanya.
Mantan pelatih Deltras Sidoarjo tersebut mengungkapkan nilai kontrak didapat dari hasil kalkulasi bayaran tiap pertandingan selama satu musim berjalan. "Ya dikalikan saja itu, sekali main dapat berapa dikali pertandingan satu musim," kata Gunawan.
Dia menjelaskan bahwa setiap melakukan pengaturan skor klub Persipur Purwodadi mendapatkan uang sebesar Rp 400 juta per sekali pertandingan. Sedangkan untuk pemain, kata Gunawan, mendapatkan Rp 10 juta hingga Rp 15 juta setiap terlibat dalam pengaturan skor per pertandingan.
Gunawan menyebutkan bayaran tersebut dilakukan pada pertandingan klub Persipur Purwodadi yang berlaga di kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia di tahun 2013. Lebih dari itu, bahkan klub-klub lain yang bermain di level kompetisi yang lebih tinggi dari Divisi Utama bisa mendapatkan uang lebih besar dari Rp 400 juta.
"Oh iya jelas, (kalau ISL) lebih besar," kata dia. Namun Gunawan mengaku tidak tahu berapa nilai yang dibayarkan untuk pengaturan skor dalam klub ISL.
Gunawan juga mengungkapkan bahwa hampir setengah dari klub yang berada di Divisi Utama terlibat praktik pengaturan skor. "Di Divisi Utama, saya kira 50 persen semua (klub) dirusak sama bandar-bandar Malaysia," kata Gunawan.