REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 11 pesawat dari maskapai yang tidak beroperasi di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, akan dimusnahkan untuk lebih memperluas ruang udara yang semakin padat.
Manajer Humas PT Angkasa Pura II Achmad Syahir kepada Antara di Jakarta, Kamis (18/6), mengatakan dari total 11 pesawat, baru lima pesawat yang sudah mengajukan klaim bahwa pesawat tersebut merupakan miliknya, sementara enam sisanya belum.
Syahir menyebutkan lima pesawat tersebut merupakan milik PT Merpati Nusantara Airline, PT Kartika Air dan PT Batavia Air, sementara enam sisanya itu merupakan dari maskapai, PT Gatari Air Service dan PT Bouraq Airways.
"Kita tidak bisa langsung eksekusi karena harus koordinasi dulu dengan pemiliknya serta regulator untuk pemindahan atau 'wraping' (pemotongan badan pesawat)," katanya.
Dia mengatakan proses pemotongan satu badan pesawat setidaknya memakan waktu satu bulan, jadi membutuhkan proses yang panjang.
Syahir mengatakan jika seluruh pesawat "mangkrak" itu dimusnahkan dari Bandara Soekarno-Hatta, maka bisa digunakan untuk menampung 13 pesawat berbadan sedang "narrow body".
"Pesawat-pesawat itu sangat menyita ruang udara, maka dari itu jika bisa dipindahkan, maka bisa dimanfaatkan untuk menampung 13 pesawat tambahan," katanya.
Ditemui terpisah, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengatakan telah memerintahkan kepada oprator bandara, dalam hal ini AP II yang mengoperasikan Bandara Soekarno-Hatta untuk memindahkan pesawat-pesawat yang sudah tidak beroperasi tersebut.
"Sudah saya kasih tahu, sebetulnya mintanya sebelum Lebaran pesawat-pesawat enggak usah ada di situ, untuk apa pesawat di situ, terjadi penumpukan pesawat," katanya.
Jonan mengatakan pihaknya menyerahkan kepada pemilik dalam menindaklanjuti pesawat-pesawat yang sudah tidak beroperasi itu. "Itu tergantung pemilik mau difungsikan atau apa atau mau disewakan untuk kantor, taman bermain, cafe atau apa," katanya