REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memasuki musim panen tuna, perusahaan penangkapan ikan yang tergabung dalam Asosiasi Tuna Longline Indonesia (ATLI) mengalami peningkatan drastis sejak April, sebesar 80 persen.
Sekretaris Jenderal DPP ATLI, Dwi Agus Siswa Putra mengatakan, dari bulan Maret hingga April 2015 tangkapan ATLI mengalami penurunan. Pada Maret 2015, produksi tuna ATLI mencapai 848.411 kilogram, dan menurun pada April 2015 menjadi 628.396 kilogram.
Namun, hasil pada Mei meningkat tajam. “Hasil tangkapan terakhir, sebelum saya ke mari, Mei 2015 sebanyak 1,059 juta kilogram, artinya kalau dari 628.396 kilogram itu hampir 80 persen,” kata Dwi saat pertemuan dengan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Jakarta, Kamis (18/6).
Peningkatan ini disebabkan lantaran saat ini sudah mulai musim panen tuna. Angka ini hampir mendekati produksi awal tahun, yakni pada Januari 2015 yang mencapai 1,2 juta kilogram.
Dalam kesempatan tersebut, Dwi juga menyampaikan kepada Susi bahwa kebijakan moratorium dan transshipment memang berpengaruh terhadap produksi ATLI. Namun sayangnya tidak mempengaruhi ekspor. Terbukti ekspor tuna pada Maret 2015 mencapai lebih dari 901 ribu kilogram, meskipun produksinya hanya 848.411 kilogram.
Sementara itu, ekspor tuna pada April 2015 mencapai lebih dari 707 ribu ton, kendati produksi ATLI hanya 628.396 kilogram. Dwi mengatakan, tuna produksi non-ATLI dipasok oleh nelayan-nelayan tradisional yang mengalami peningkatan hasil tangkapan.
“Ini (tambahan di luar ATLI) rupanya dari nelayan kecil, dari Sendang Biru, selatan Jawa, dan Bali sendiri, serta Flores,” lanjut Dwi.