REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- KH. Salahuddin Wahid dalam ceramah tarawihnya di Masjid Syuhada menyampaikan kewajiban umat Islam untuk meneladani kerja keras Rasulullah SAW. Di antara sifatnya yang harus diikuti adalah fokus dalam mengerjakan sesuatu.
"Rasulullah SAW merupakan pribadi teladan yang kata-kata dan perbuatannya sejalan. Hal yang harus kita ingat adalah keberhasilan beliau menjadi seorang pemimpin," tutur Gus S, Kamis (18/6). Menurut KH. Salahuddin, keberhasilan Rasulullah Muhammad merupakan buah dari kerja kerasnya.
Bahkan kerja keras tersebut menempatkan beliau pada posisi tinggi di mata non-Muslim sekalipun. Di antaranya Michel Hart yang memposisikan Muhammad di nomor satu dari 100 orang paling berpengaruh dalam sejarah dunia. Semua itu bukan tanpa sebab. Melainkan karena Muhammad memang memiliki kecakapan administrasi yang baik sebagai pemimpin.
Beliau pun mampu memperkirakan kondisi masyarakat ke depan. Selain itu Muhammad bisa mengenali bakat sahabatnya dengan baik. Sehingga ia bisa menempatkan orang-orang terdekatnya dalam posisi yang tepat. "Sudah kita ketahui bersama bahwa beliau merupakan pemimpin tang adil," ujar KH. Salahuddin.
Sebagai negara dengan umat Muslim terbanyak di dunia, sudah seyogyanya bangsa Indonesia mengikuti keteladanan beliau. Tentunya bukan hanya dari sisi keshalehan secara pribadi. Tapi juga dari sisi amal shaleh secara berjaah.
Begitupun untuk meningkatkan keimanan dari waktu ke waktu. Karena iman dan amal bagaikan benda dan bayangannya. Ketika iman seseorang baik, maka akan baik pula amalannya.
KH. Salahuddin mengemukakan ada tiga prinsip amal saleh seseorang. Pertama, niat yang ikhlas karena Allah SWT. Dua, proses dan cara pelaksanaan amal shaleh yang sesuai dengan sunah. Tiga, amalan yang bermanfaat dan membawa kemaslahatan.
Beliau kemudian menjelaskan sebuah survey yang memberikan penilaian keshalehan terhadap empat negara muslim, yaitu Indonesia, Mesir, Pakistan, dan Kazaktan. Dari survey tersebut Indonesia menempati peringkat keshalehan pertama. Bahkan hasilnya menunjukkan 90 persen umat islam di Indonesia melakukan shalat, dan 99 persen melaksanakan shaum wajib.
Namun keshalehan mahdoh inu tidak berbanding lurus dengan keshalehan jamaah. "Karena berdasarkan survey Kementerian Agama, tingkat kedermawanan masyarakat Indonesia cenderung rendah," ungkap KH. Salahuddin. Hal ini terbukti dengan pengumpulan zakat di lembaga amil zakat (LAZ) dan badan amil zakat (BAZ) baru mencapai Rp 3,2 triliun. Sedangkan dana yang terkumpul tak melalui LAZ/BAZ mencapai Rp 3,4 triliun. Jika ditotalkan jumlahnya Rp 6,6 triliun.
"Padahal menurut perkiraan Islamic Development Bank (IDB), potensi zakat di Indonesia mencapai Rp 217 triliun," papar KH. Salahuddin. Saat ini pencapaian zakat jelas masih jauh jika dibandingkan dengan potensinya. Karena itu, bisa jadi pembangunan di negara ini tersendat.
Padahal jika manusia Indonesia sama-sama bisa fokus terhadap perbaikan bangsa, tentunya potensi zakat tersebut bisa dicapai. Dan kesejahteraan bagi umat pun dapat direalisasikan.
"Memang saat ini pemerintah belum mampu mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat secara keseluruhan. Padahal itu adalah kewajibannya. Namun, kita harus menyadari bahwa kemaslahatan umat ini adalah tanggung jawab kita bersama," tutur KH. Salahuddin menutup tausiahnya, dan kembali mengajak jamaah untuk meneladani kerja keras Rasulullah SAW.