REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Komisi VIII DPR RI Saleh Partaonan Daulay selalu merindukan sajian khas kampungnya di Tapanuli sebagai menu berbuka puasa.
“Saya orangnya biasa saja dalam hal makanan. Perut saya perut orang kampung. Jadi, saya lebih menyenangi makanan orang kampung. Makanan-makanan asing walaupun mahal dan kata orang enak, bagi saya tidak begitu senang,” ujar Saleh, Jumat (19/6).
Selera khas kampung, misalnya es timun suri dicampur susu. Makanannya pun hanya ikan teri, ikan tongkol goreng, pakkat (rotan muda), dan bunga pepaya rebus.
“Masaknya ala Tapanuli bagian selatan,” jelasnya.
Justru, kata Saleh, makanan yang sangat disukainya, rotan muda (pakkat) saat ini sudah jarang ditemui. “Kalau di Medan masih sering ada. Kalau di Jakarta ini kayaknya sulit,” katanya.
Saking kangennya, suatu hari ia pernah bertanya dengan teman soal keberadaan pakkat tersebut. “Katanya, di Jakarta, rotan dibuat kursi, bukan dimakan,” terangnya sembari tertawa.
Padahal, di kampungnya dulu, pakkat termasuk kuliner favorit saat berbuka puasa. “Sekarang, hutannya sudah tidak ada. Pakkatnya ikut hilang. Yang banyak sekarang kebun sawit,” ujarnya.