REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar pengendalian konsumsi tembakau, Hasbullah Thabrany, mengatakan sebanyak 70 persen perokok aktif di Indonesia adalah remaja.
"Perokok mayoritas adalah remaja pada usia 16 hingga 26 tahun, karena itu merupakan target dari konsumsi rokok," kata Hasbullah, ketika mengunjungi Lembaga Kantor Berita Nasional Antara di Jakarta, Jumat.
Di ruang rapat Wisma Antara, ia berdiskusi tentang konsumsi rokok yang semakin meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut akan berdampak pada kesehatan pada usia produktif.
"Menurut data, konsumsi rokok meningkat sekitar 20 persen per tahunnya di Indonesia," tuturnya.
Selain itu, mayoritas konsumen rokok selain kategori remaja adalah pada golongan dengan keadaan ekonomi menengah ke bawah.
Ia berpendapat, hal ini terjadi karena rata-rata konsumen rokok dengan keadaan ekonomi menengah ke atas sudah mengetahui dampak buruk dari merokok.
"Selain buruk pada kesehatan, secara otomatis juga bisa menambah beban biaya kesehatan, sehingga orang kaya sudah memahami masalah ini terkait gaya hidup sehat," kata Hasbullah.
Kemudian, orang dengan ekonomi menengah ke bawah kebanyakan tidak bekerja kantoran sehingga kesempatan merokok lebih besar.
"Ini memprihatinkan, karena konsumsi pada remaja dan rakyat miskin akan terasa langsung dampaknya setelah 20 tahun kecanduan rokok, saya kira semua sudah tahu apa bahaya merokok," ujarnya.
Ia berharap pemerintah dan pihak terkait mengambil sikap untuk mengendalikan konsumsi rokok.
"Salah satu caranya adalah menaikkan biaya cukai rokok. Dengan begitu, petani dan produsen rokok juga tidak akan dirugikan, karena biaya jualnya tetap dapat untung tinggi," ucapnya.
Cukai rokok bisa mengendalikan target konsumsi rokok dan keuntungan pajaknya bisa dialihkan untuk biaya kesehatan yang ditimbulkan dari rokok, baik perokok pasif maupun aktif.