REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Srie Agustina mengatakan, program Gerai Maritim nantinya akan menggunakan enam kapal barang yang secara teratur melalui 30 titik pelabuhan kecil di Indonesia timur, diantaranya Serui, Tobelo, Tual, dan Anambas. Kapal-kapal tersebut akan disediakan oleh PT. Pelni khusus untuk mengangkut kebutuhan barang pokok dan barang kelontong.
"Untuk uji coba akan di bawa 10 kontainer dari Tanjung Priok dan satu kontainer dari Tanjung Perak Surabaya yang membawa telur ayam dari peternakan di Blitar," ujar Srie usai peresmian pilot project Gerai Maritim di Pelabuhan Tanjung Priok, Jumat (19/6).
Srie mengatakan, untuk uji coba awal ini pengangkutan kontainer masih diikutkan dengan kapal penumpang KM.Gunung Dempo dari PT. Pelni yang rencananya akan tiba di Serui pada 26 Juni 2015. Selanjutnya, PT. Pelni juga akan memberangkatkan dua kapal lagi yakni KM. Cermai dan KM. Doloronda.
Rencananya, kedua kapal tersebut akan tiba di Serui pada H-15 dan H-5 sebelum lebaran. Srie menjelaskan, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Serui sudah mempersiapkan gudang dengan luas 40 m x 9 m dan akan dibuka pada 1 Juli 2015.
“Semoga konsep Gerai Maritim di Serui ini dapat mencapai tujuan yang diinginkan, sehingga dapat diterapkan juga untuk 29 wilayah lainnya,” ujar Srie.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mendey mengatakan, bahan pokok yang diangkut melalui Gerai Maritim tersebut dijual dengan harga retail sehingga lebih murah. Dia sangat mendukung program ini karena dapat menurunkan disparitas harga dengan lebih signifikan.
"Saat ini perbedaan harga di pulau Jawa dan Papua bisa mencapai 50 persen, karena memang sulit untuk mendistribusikan barang di wilayah Indonesia timur," ujar Roy.
Roy mengatakan, biaya transportasi dalam prograam Gerai Maritim ini disubsidi oleh pemerintah sebesar 55 persen per kontainer. Sebagai gambaran, satu biaya kontainer biasanya bisa mencapai Rp. 45 juta. Dengan adanya subsidi tersebut, maka pelaku usaha hanya membayar sebesar 45 persen saja.
Menurut Roy, program Gerai Maritim ini dapat menjadi solusi untuk mengatasi kelangkaan produk di wilayah Indonesia timur. Nantinya, distribusi barang akan dilakukan oleh BUMD setempat dan retail akan fokus untuk mengatur manajemennya saja.