REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah Purjoko meminta masyarakat lebih waspada terhadap uang palsu selama bulan Ramadhan karena diperkirakan peredarannya meningkat saat itu.
Purjoko di Palu, Selasa (23/6), mengatakan peredaran uang palsu pada umumnya terjadi di pasar-pasar tradisional terutama yang berada di daerah pelosok.
Dia memperkirakan banyak masyarakat desa yang belum memahami perbedaan antara uang rupiah asli dan palsu sehingga banyak peluang tertipu.
Oleh karena itu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah secara rutin melakukan sosialisasi keaslian uang rupiah kepada berbagai lapisan masyarakat termasuk sosialisasi cara memperlakukan uang dengan baik.
Pada awal 2015, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah melaksanakan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah di sejumlah sekolah dan perguruan tinggi serta di lokasi kuliah kerja nyata (KKN) mahasiswa di desa-desa. Untuk mengetahui uang asli dapat dilakukan dengan cara "3D" yakni "dilihat, diraba, dan diterawang".
Bank Indonesia Sulawesi Tengah mencatat temuan uang palsu di wilayahnya pada triwulan I/2015 meningkat dibanding periode sebelumnya, yakni dari 29 lembar menjadi 123 lembar.
Purjoko menyebutkan pecahan uang palsu yang ditemukan sebagian besar adalah nominal Rp 100 ribu.
Dia menyebutkan selama triwulan I/2015 terdapat uang palsu pecahan Rp 100 sebanyak 89 lembar, disusul pecahan Rp 50 ribu sebanyak 31 lembar, serta pecahan Rp 20 ribu dan Rp 5 ribu masing-masing sebanyak satu dan dua lembar.
Sementara sepanjang triwulan IV/2014 terdapat uang palsu pecahan Rp 100 sebanyak 19 lembar, disusul pecahan Rp 50 ribu sebanyak 10 lembar.
Sedangkan selama 2014, Bank Indonesia Sulawesi Tengah mendapatkan 194 uang palsu dan tetap didominasi oleh pecahan Rp 100 ribu.