Selasa 23 Jun 2015 21:10 WIB

Purwakarta Minta Hulu Citarum Diperhatikan

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Yudha Manggala P Putra
Sungai CItarum.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Sungai CItarum.

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Pemkab Purwakarta, Jabar akan pelopori gerakan selamatkan hulu Sungai Citarum. Wilayah hilir, harus ikut berkontribusi terhadap kelestarian hulu sungai terpanjang di Jawa Barat tersebut.

Karena, selama ini gerakan pelestarian Citarum masih dititikberatkan pada wilayah hilir. Padahal, hulunya itu belum tersentuh perhatian.

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, mengatakan, usai lebaran pihaknya akan mengundang daerah-daerah yang terdampak aliran Sungai Citarum. Yaitu, Karawang, Bekasi, Subang, dan Indramayu.

Serta, mengundang masyarakat yang ada di hulu Citarum. Yakni, masyarakat Gunung Wayang dan Gunung Windu. "Kami akan berterima kasih kepada masyarakat Gunung Wayang dan Windu, yang dengan kerelaan hati sampai sekarang bisa menjaga hulu Citarum," ujar Dedi, kepada Republika, Selasa (23/6).

Selama ini, lanjut Dedi, pemerintahan daerah di wilayah hilir tak pernah kepikiran memberikan perhatian kepada warga di hulu Citarum itu. Padahal, kalau tidak ada hulu belum tentu ada hilir. Dengan kerelaan dan keikhlasan hati warga Gunung Wayang dan Gunung Windu, maka ratusan ribu hektare area sawah di wilayah hilir bisa bercocok tanam sepanjang tahun.

Karena, air untuk bercocok tanam selalu tersedia sepanjang masa dari aliran Citarum. Tetapi, perhatian terhadap masyarakat di hulu Citarum masih minim. Salah satu contoh, PJT II Jatiluhur sebagai pengelola air Citarum, setiap tahun selalu membagikan bantuan dari CSR dengan sasaran masyarakat hilir Citarum.

Sedangkan, bantuan untuk masyarakat hulu tak pernah ada. Makanya, kondisi ini harus diubah. Pemkab yang terdampak aliran Citarum dan perusahaan yang ada di sepanjang sungai tersebut, harus memberikan perhatian kepada masyarakat hulu.

Misalkan, pengelola Waduk Saguling, Cirata, Jatiluhur, bisa kumpulkan dana CSR untuk masyarakat hulu Citarum. bantuan itu, bisa diberikan dalam bentuk ternak, atau bantuan pertanian. Seperti, bibit pohon-pohon keras yang bernilai ekonomis. "Bila tak ada masyarakat hulu Citarum, kita tidak bisa berhasil swasembada pangan," jelas Dedi.

Selain itu, pihaknya meminta kepada pengelola Citarum, untuk lebih mendorong supaya sepanjang DAS Citarum tidak boleh ditanami pohon sayuran. Melainkan, DAS Citarum harus ditanami pohon keras. Terutama, Gunung Wayang dan Windu, sekarang harus disakralkan lagi. Supaya, tidak ada pembalakan liar. Sehingga, sumber mata air itu tetap lestari.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement