REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA — Warga Kota Surabaya merasakan suhu udara yang menyengat pada siang hari dalam beberapa pekan terakhir. Padahal, kenaikan suhu tidak seberapa signifikan, yakni masih bertahan di kisaran 33-34 derajat Celsius. Penyebab suhu panas di Surabaya, rupanya disebabkan oleh kekeringan dan rendahnya tingkat kelembapan.
Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun BMKG Juanda Babambang Setiajid melaporkan, kelembapan di Surabaya akhir-akhir ini mencapai 40 persen. Ditambah dengan emisi dan polutan, menurut dia, kondisi tersebut menjadikan panas di Kota Surabaya terasa menyengat.
Berdasarkan perhitungan BMKG, menurut Bambang, puncak musim kemarau akan terjadi pada Oktober-November mendatang. “Nanti suhu di Surabaya dan sebagian besar daerah di Jawa Timur bisa mencapai 36-37 derajat Celsius,” ujar Bambang kepada Republika, Selasa (23/6).
Menurut Bambang, musim kemarau kali ini akan terasa lebih panas karena adanya siklus el nino di kawasan Pasifik. Di Jawa Timur, menurut dia, sejumlah daerah diprediksi akan mengalami kelangkaan air seperti sebelumnya, seperti wilayah Pantai Utara dan Madura.