REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Mantan Duta Besar Prancis untuk Rusia, Jean de Gliniasty menyatakan, Krimea memang tidak pernah lepas dari Rusia, wilayah di semenajung Laut Hitam itu adalah bagian dari Rusia.
Dirinya juga menyebut, konflik Ukraina tidak akan menjadi seperti sekarang, jika Kiev lebih rela melepas soal Krimea. "Krimea tidak pernah menjadi milik Ukraina, sedari dulu Krimea adalah milik Rusia," papar de Gliniasty dalam sebuah wawancara dengan media Prancis, seperti dilansir Sputnik pada Rabu (24/6).
De Gliniasty mengatakan, jika sedari awal Kiev mau memberikan kontrol Statosvol ke Rusia dan mau menjamin kelangsungan hidup warga berbahasa Rusia di Krimea, maka wilayah itu masih akan menjadi bagian dari wilayah Ukraina, dan konflik tidak akan berlarut-larut seperti sekarang.
"Ini (krisis Ukraina) bukanlah masalah yang sulit untuk diselesaikan. Kita hanya harus mempersilahkan Rusia mengendalikan Statosvol, dan menjamin warga yang berbahasa Rusai di Krimea," cetusnya.
Dirinya juga mengatakan, Kiev dan Moskow memang sejatinya telah memiliki perjanjian pembangunan pelabuhan di Statosvol, dimana semua kendali di pegang oleh Moskow. Harusnya, bila proyek tersebut jadi dilaksanakan, maka pelabuhan itu akan selesai dan mulai beroprasi pada tahun 2024 mendatang.
Diplomat Prancis itu juga mengatakan, faktor pemimpin Ukraina, Barat dan Eropa yang menjadi penghalang pembangunan pelabuhan tersebut. Pemimpin Ukraina saat ini Petro Poroshenko memang dikenal pro Barat dan Eropa, dan anti terhadap Rusia.
"Hal ini tidak akan pernah terwujud karena terhalang oleh kurangnya pengetahuan tentang sejarah antara Ukraina dan Rusia di pihak Uni Eropa dan tentu saja, karena beberapa tindakan Amerika Serikat," tutupnya.