REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Adanya fatwa ajakan mengurangi jam puasa oleh salah satu ulama Inggris ternyata tidak disambut oleh anggota East London Masjid yang terletak di Distrik Whitechapel di sisi lain dari ibu kota Inggris.
"Tidak ada cara masyarakat akan mempersingkat puasa mereka karena kenyamanan," kata Farsi dilansir dari OnIslam.net, Selasa (23/6).
Menurut Farsi, rentang 19 jam bukan lah waktu yang sulit karena cuaca panas yang tidak terlalu terik. Di tempat-tempat seperti Norwegia, mereka mengikuti London kali karena kadang-kadang matahari tidak pernah terbenam.
Hanya, muncul penolakan yang sama untuk memotong jam puasa bergema oleh jamaah di Masjid Pusat London. "Anda tidak bisa mengurangi jam puasa, Anda harus bisa juga merasakan situasi yang ekstrem, seperti di Artik di mana matahari tidak menentu," ujar Chili (30).
Pekan lalu, Usama Hasan, seorang sarjana Islam Inggris, telah menyerukan untuk memotong jam puasa saatRamadhan bagi banyak Muslim yang tinggal di Eropa Utara dan Kanada.
Hasan mengeluarkan fatwa yang menyerukan 'waktu moderat' yang akan diterima bagi mereka yang membutuhkannya. "Sejumlah orang telah meminta saya sejak tahun lalu tentang panjang berlebihan puasa selama musim panas Inggris," tulis Hasan dalam Fatwanya.